"Oke!"
Kata sepakat  didapat. Mereka sabar menanti temannya membaca, sambil mendampingi menyimak apa yang temannya baca. Â
Usai itu saya berikan pertanyaan seputar cerita yang saya bawakan tadi. Berebut menjawab, tepuk tangan saya ajak berikan ketika jawaban itu benar. Dan meminta mereka bernyanyi kalau salah. Gegap gempita suasana. Â
Akan pamit sebetulnya pada mereka,  namun permintaan  bercerita lagi membuat saya tertahan.  Harus ada orang yang bisa menggantikan saya, maka Irul,  pemuda setempat yang sedari tadi menemani saya minta tampil. Meski sedikit grogi  di awal tak mengapa, yang penting dia berani dan sudah menyelesaikan, hingga berakhir halaman. Buku Upin Ipin Puasa yang dia pilih untuk dibacakan, menjadi bahan cerita sudah cukup menarik bagi anak-anak.  Karena tokoh itu familiar, sehingga interaksi hangat merupa obrolan terjalin akrab. Â
Matahari makin tinggi, perjalanan lain harus saya jalani. Di tempat itu anak-anak melanjutkan acara membaca buku. Ditemani Irul sebagai fasilitator bila ada sesuatu yang ingin butuh penjelasan. Â
Sesuatu yang mulai dilupakan orang. Padahal dahulu nenek saya sering mendongeng bercerita tentang apa saja sebelum tidur. Atau ibu saya, dia suka membacakan saya buku sebelum tidur. Saya suka kegiatan  itu. Hingga tumbuh minat baca saya di kemudian hari. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H