Menafkahi Hobi Itu Hukumnya Wajib!

Belum lagi untuk membiayai kesukaan saya kumpul dengan penulis,  mengkampanyekan gemar menulis.  Jangan ditanya,  biayanya gede.  Transportasi, akomodasi kerap saya tanggung sendiri.  Secara suka menerima tawaran ke mana - mana untuk kumpul mereka.  Dalam kota, luar kota hayuk saja.  Ada sensasi tersendiri bila misi mengajak orang menulis atau saya bisa bertemu sesama penulis berhasil.  

Anis Hidayatie, doc. pri

Lalu tetiba orang menyebut saya pegiat literasi. OMG,  padahal  saya melakukan itu bukan karena saya ahli dan kompeten.  Saya suka saja. Dan ketika orang bertanya,  siapa yang menanggung biayanya?  Ternganga,  spontan saya jawab,  Tuhan.  Ya,  Dia maha baik pada saya. 

Anis Hidayatie, doc. pri

 Sejauh ini Dia berikan kemudahan  bagi saya membiayai hobbi itu.  Dari arah tak disangka,  Min khaitsu laa yakhtasib.  Ada yang membelikan tiket,  makan,  tumpangan, atau  bantuan barang.  Selain itu,  tak jarang tetiba saya dapat pesanan kue atau diminta menulis dengan imbalan. Itu yang saya pakai membiayai kegiatan  saya.

Anis Hidayatie, doc. pri

Nah, bagaimanapun caranya,  sedikit atau banyak,  hobi perlu biaya.  Ulasan saya di atas setidaknya menggambarkan demikian.  Untuk keberlangsungan hobi,  untuk kepuasan yang didapat,  untuk kebahagiaan yang ingin diraih.  Wajib dinafkahi.  Baik lahirnya saja atau batinnya. Bisa juga kedua duanya.