Tetiba nostalgia masa lalu menyeruak. Beberapa di antaranya mengungkapkan, Mereka menuliskan kembali bagaimana kesulitan yang pernah mereka alami jaman kuliah dahulu. Â Ada yang harus jadi marbot masjid, Â bekerja serabutan, Â guru privat, Â buruh menulis tugas mahasiswa kaya dan seterusnya. Tulisan saya mengingatkan betapa merekapun tak mudah menjalani perkuliahan. Biaya, itu kendala utama. Â
Kini teman-teman saya itu sudah banyak yang jadi orang. Dari yang dahulu ketika mahasiswa mereka sering mengalami kesulitan keuangan, Â kini banyak diantara mereka yang berkecukupan. Jadi orang gedean, sukses finansial. Â
Termasuk saat saya berada dalam posisi terjepit secara finansial. Mereka mengulurkan tangan,  padahal  saya sekalipun tak pernah meminta.
Malu hati. Mereka masih menerima saya saja itu sudah membuat  saya bahagia kok. Saya bukan apa-apa, dibandingkan mereka.  Jadi, saya tak ingin lebih mempermalukan diri saya dengan meminta minta belas kasihan mereka.
Ternyata memang ada donasi khusus pada sahabat  yang kekurangan,  terutama terkait  pembiayaan pendidikan. Ini membuat saya terharu.  Menangis kala diberitahu mereka akan membantu biaya pendidikan anak saya.
Empati mereka, Â mampu menggetarkan hati ini. Doa-doa mengalun. Ada tangan ringan mengulurkan bantuan. Saya mengetuk pintu langit, Â untuk kebaikan yang telah mereka usahakan.
Masya Allah, Â barokallah. Â Hanya itu yang bisa saya ucapkan menyambut empati mereka. Â Tak kan saya lupakan. Â Untuk saat ini saya hanya bisa mendoakan mereka agar senantiasa dimudahkan pula hidup mereka oleh Allah subhanahuwata'ala.Â
Tak ada lain. Â Sambil berharap semoga suatu saat saya juga diberi jalan oleh Tuhan untuk bisa membalas kebaikan-kebaikan mereka. Â
Maka bertemanlah, bersahabatlah dengan siapa saja. Jangan buat jarak,  apalagi berselisih paham.  Karena satu musuh itu terasa sangat banyak, mampu menggelisahkan pikiran. Sedangkan  seribu teman serasa masih kurang, kekayaan yang tak bisa dinilai dengan uang. Bukankah demikian?
Anis Hidayatie, Â Untuk Afatar, Â untuk Kompasiana. Â Sembalun, Â LombokÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H