Bertemu kawan, orang orang yang hanya ada dalam bayangan, meggumamkan sebuah riuh kerinduan. Seperti orang penasaran, ingin sekali melakukan perjumpaan. Dengan mereka yang hanya bisa kubatin penuh kekaguman. Tsah, aku ingin berpelukan, berjabat tangan, Â saling tatap penuh kehangatan.Â
Begitulah bayanganku bila hadir di Kompasianival nanti. Sebuah event besar bagiku, yang mendorong aku untuk datang. Bukan karena menjadi salah satu nominator, satu hal yang jauh dari prediksi, mengingat eksistensi saya pas baru setahun pada tanggal 23 November nanti. Namun karena betul-betul ingin terlibat lebih akrab dengan Kompasiana dan kompasianers keren lain tentu saja.Â
Menjadi salah satu nominasi tentu saja membahagiakan. Tak kupungkiri itu. Bisa berada diantara nama beken lain di Kompasiana adalah hal tak terduga yang tak terbayangkan sebelumnya. Beberapa kali kupelototi diriku diantara nominator yang lain. Hiii, minder deh. Karya-karya mereka langganan Head line. Sementara aku, tak sampai jari sepuluh sepertinya.Â
Baiklah kuceritakan tentang bagaimana diriku bisa terdampar di daratan indah beyond blogging ini. Berawal dari keinginan menulis di tempat lain yang penduduknya lebih banyak dan adanya apresiasi terhadap karya tulis maka kuputuskan mendaratkan jari di sini, Kompasiana.Â
Belum kutarikan sama sekali jari ini selama sebulan lebih sejak mendaftar hingga datang masa, platform tempatku bersandar collapse. Desakan kawan, yang memintaku mencarikan rumah baru untuk menulis membuatku merekomendasikan Kompasiana. Padahal ngerti pun aku belum juga. Hanya berbekal tutorial singkat Rin Muna dan bantuan perangkat desa aku membuat akun Kompasiana - hehe bawa- bawa perangkat, maklum rumah saya depan Balai desa, operator desa akrab denganku--.
 Medio  pertengahan Desember tahun lalu aku baru menulis. Ya, menulis saja berbulan lamanya tanpa memedulikan verifikasi centang hijau.  Padahal teman teman yang kuajak telah mempunyai semua, ntahlah aku tak tertarik untuk itu. Belum mengerti K Reward dan cara meraihnya. Yang penting bisa menulis, berinteraksi dengan sesama penulis, cukuplah.
Dapat label biru pilihan itu sesuatu yang selalu kami rayakan bersama di grup grup kepenulisan yang kuadmini. Kegetolanku menulis di Kompasiana mendorong kawan untuk membuat komunitas khusus kompasianer khusus wilayah Malang. Maka singkat cerita kubuat grup online, saling belajar menulis di sana, berbagi link dan tips menulis di sana. Komalku Raya. Komunitas Menulis Buku Malang Raya dan Sekitarnya.Cerita tentang komunitas yang launching February itu bisa disimak di artikel yang pernah saya tulis pula di Kompasiana. Memperkenalkan KomKomalkuRaya
Aku suka menulis, posting karya, mempunyai buku juga. Ini yang membuat banyak orang memintaku mengajari mereka. Padahal aku belum apa apa, cuma punya semangat yang terus bergeliat. Maka tawaran berbicara tentang literasi  atau kadang aku yang menawarkan untuk berbagi semangat di bidang literasi ini selalu kulakukan sepenuh hati. Tak pernah memikirkan Finansial.
 Bagiku ini adalah passion, kesukaan, hobi yang membuatku merasa hidup lebih hidup. Seperti orang yang mempunyai hobi melakukan sesuatu, dia tak memperhitungkan pengeluaran bukan? Asal bisa terus melakukan hobinya, dia akan tune in di dalamnya. Begitupun aku. No time without literacy. It make me very happy.
Demikian pula dengan aktifitasku di Kompasiana. Passion menulis dan bercengkrama dengan banyak orang tak hanya menghubungkan kami, sesama penulis akrab dalam grup online. Ada buku yang kami hasilkan, ada review karya, ada berbagi ilmu menulis.
27 orang kompasianer pemuisi bergabung dalam sebuah komunitas Grup puisi berbalas. Via WhatsApp, online saja. Karena kami berasal dari berbagai belahan daerah di Indonesia. Kehangatan ini memunculkan saling berbagi. Tentang karya, ada review ada mencipta bersama di sana. Hingga ketika tahu aku akan berangkat ke Jakarta, pesan untuk Kompasiana disisipkan, siapa tahu ada kesempatan audiensi dengan admin, dan memberikan ruang menyampaikan aspirasi.
Pertama, Kalau aku pribadi mengingat pernah dicurhati soal banned atau blokir akun oleh Kakak Ropingi, Pak Sigit Pribadi serta teranyar Rifan Nazhif, maka aku akan minta peninjauan ulang persoalan blokir ini. Minta kebijakan supaya tidak mudah memblokir akun kompasianer. Lalu memberi kemudahan bagi yang ingin membuka kembali.
Kedua, Dari Zaldy Chan diamini semua penghuni grup tentu saja. Membirukan karya fiksi. Hehe, siapa yang tak suka. Ini gegara K Reward yang harus ada label biru pilihan kayaknya. Padahal aku sendiri sudah beberapa bulan terakhir tidak mendapatkan. Tapi ya tetep nulis saja.
Ketiga,  dari  Sahrul Chelsky  supaya kumpulan artikel utama khususnya yg dari fiksiana (yang lain juga) dalam setahun dihimpun kalau perlu dicetak oleh penerbit gramedia. Seperti kumpulan cerpen kompas dalam setiap tahun. Seru. Ini mau banget aku. Tapi jangan artikel utama saja. Mungkin yang pilihan juga. Asyik kan.
Keempat, dari kakak Ropingi, wah kalau dari dia mah seabrek, pernah ditulis khusus dalam artikelnya sampai bersambung segala. Satu yang saya catat, memberikan kesempatan pada tulisan yang tidak biru untuk dihitung viewernya. Ini tentu berkaitan dengan K Reward. Okeh, sekedar menyampaikan apa salahnya.
Kelima, Iklan. Wadaw, hal yang satu ini saya tahu banget akan sulit dihindari. Kemunculannya memang massive. Mungkin nanti aku akan belajar tips dan trik menarikan jari supaya lebih lincah mengatasi iklan ini.
Nah, dari kelima hal itu mungkin belum memenuhi semua keinginan kompasianer, namun harapan membincangkan hal tersebut ada peluang. Untuk itu aku akan datang. Hii macam anggota dewan yang lagi masa reses aja.Â
Jadi kalau ada yang mau titip pesan, silahkan tulis saja di komentar ya. Who knows, we can find miracle there. So, wait me. Kompasianival I'm coming.
Anis Hidayatie, from Bangil to Malang. On the train.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI