Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Lapak Literasi Merasakan Diobrak Satpol PP

28 Oktober 2019   12:27 Diperbarui: 28 Oktober 2019   12:57 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anis Hidayatie / Wahana Bacs (doc.pri )

Baru sekali, kejadian ini menimpa teman seperjuangan saya, sesama pegiat literasi. Gelar buku di jalanan yang biasa dilakukan komunitas Wahana Baca Pasuruan dihentikan petugas.  

Kegiatan buka lapak buku itu adalah untuk menarik minat baca masyarakat yang sedang berlalu lalang  sekedar menengok atau membaca buku koleksi yang disediakan komunitas. Free, tidak ada biaya. Hanya ingin diampiri saja. Memberikan stimulus pada masyarakat tentang cinta membaca, salah satu dari ruh literasi.

Kegiatan itu rutin dilakukan, sukarela saja. Berbagi tugas sesuai kesempatan. Ugik dan Putra menjadi yang paling sering ikut menjaga. Laiknya kaki lima emperan mereka menggelar buku. Bedanya ada tulisan Gratis Baca. Siapapun boleh meminjam, dibaca di tempat atau dibawa pulang. Hanya dengan syarat mengisi presensi di buku  peminjaman.

Anis Hidayatie / Wahana Baca (doc.pri )
Anis Hidayatie / Wahana Baca (doc.pri )
Tak ada masalah apapun, terutama dari pengelola tempat mereka menggelar buku. Hingga datanglah hari itu. Hari ketika pertama kalinya dalam sejarah mereka ditegur Satpol PP. Putra yang sedang menunggu pagi itu merasa kaget sekaligus lucu.

Anis Hidayatie/Wahana Baca (doc.pri )
Anis Hidayatie/Wahana Baca (doc.pri )
"Ya lucu aja. Acuan e perda tapi pas dibacakan perda e jawaban e di taman GOR, Gedung Olahraga tidak menyediakan." Ujar Putra.

Komunitas wahana baca itu memang menggunakan pedestarian GOR untuk menggelar lapaknya. Satpol merasa bahwa ini jalur pedestarian tidak boleh ada gelaran. Hanya boleh untuk pejalan kaki saja. Sementara pihak Wahana Baca berkeras ini untuk Literasi, harusnya ada ruang khusus di ruang publik. Sebagaimana aturan yang tertulis.

Anis Hidayatie (doc.pri )
Anis Hidayatie (doc.pri )
Setelah Satpol berlalu diskusi terjadi.

Fahrizal sang jurnalis radar Bromo menjelaskan, "Soalnya kita pake jalur pedestrian. Buat orang jalan. Mungkin kita bisa pake taman. Untuk pedagang di bolehkan. Karena sementara aturannya boleh berjualan dimana aja, asalkan bukan pedestrian, bukan di alun-alunkota, dan terminal wisata."

Ada yang menyarankan, untuk menggeser satu langkah ke samping kanan. Hingga kemudian Mas Ugik sang Panglima Wahana Baca lalu memberitakan dengan bahagia, "Oyi lapak lanjut. Monggo hadir. Sini sini ke GOR dulu."

Anis Hidayatie (doc.pri )
Anis Hidayatie (doc.pri )
Syukurlah, gelar rutin literasi itu tetap bisa dilanjutkan. Ini pelajaran, ada yang menyarankan "Perlu di printkan perdanya biar di baca, jadi gak asal usir."

Sepakat, saya rasa komunikasi ramah memang perlu dikedepankan. Karena kalau tidak hal ini bisa membunuh spirit literasi pada kaum muda yang telah berjuang konsisten dengan susah payah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun