Pada sunyi malam di bawah bintang berjatuhan. Tergambar jelas wajahmu, tersenyum menatap seonggok tubuh yang tak henti merindukanmu.
Menikam kepongahan kala siang berlagak perkasa dengan selalu menolak tawaran berpasangan. Dari mereka yang tak mengerti betapa aku dibelenggu nama tak tergantikan. Yang tiap hurufnya telah memilin sekujur persendian, yang  nafasnya selalu membersamai setiap hembusan.
Pernah berada dalam satu kesatuan, dalam payung keabsahan, lalu diberi kesempatan menari bersama dalam satu lingkar pernikahan, membuatku tak mampu lagi  menerima lemparan selendang dari penari lain yang menginginkanku lepas kau berpulang.
Aku hanya inginkan kau sayang, meski untuk itu tangga yang harus kutiti sungguhlah penuh onak dan duri. Maka untukmu yang sedang menatap kerinduanku dari atas langit. Nantikan aku di gerbang keabadian, dalam pesta rindu berbalut kesetiaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H