Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Inilah Hal-hal yang Saya Curhatkan kepada COO Kompasiana, Nurulloh

9 Oktober 2019   08:14 Diperbarui: 9 Oktober 2019   10:03 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bertemu dengan orang besar -menurut saya demikian-  Kompasiana merupakan puncak kebahagiaan saya ketika mengikuti acara JNE Kopiwriting Rabu, 11 September 2019 lalu. Ya, saya bertatap muka langsung dengan Nurulloh. COO,  Chief Operation Officer Kompasiana berwajah oriental yang ternyata mencengangkan saya dengan pengakuannya. 

" Saya pernah belajar Nahwu, Shorof dan Ushul Fiqh."


Ketika saya tanya,  "Apakah anda 'maaf' muslim, mengingat nama anda adalah Nurulloh?"

Sebetulnya saya bukan orang yang tertarik mengetahui agama seseorang, karena bagi saya hubungan antar manusia dengan manusia adalah muamalah, horizontal. Keyakinan adalah ranah sensitif yang saya tidak ingin menyinggungnya. Biarlah itu menjadi urusan hamba dan penciptanya saja.

 Bagi saya, asal hidup dalam harmoni, cukuplah modal untuk berpijak di bumi manapun. Namun karena nama beliau Nurulloh  dengan performa oriental, maka saya jadi tergerak menanyakan. Just to know, no more. Paling tidak kalau tiba waktu sholat, saya tak sungkan mengajak.

Kembali ke sosok COO Kompasiana terkini, Nurulloh, yang baru saja disebut oleh Bapak Pepih Nugraha dalam artikelnya bertajuk  Rahasia yang Belum Terungkap Selama Ini, Kompasiana Nyaris Dimatikan! kemarin. Satu paragraf yang menggambarkan sosok Nurulloh berbunyi " Sekarang Kompasiana berada di tangan Nurulloh, anak muda (sebenarnya ga muda-muda banget sih) yang sangat paham luar-dalam tentang Kompasiana. Anak ini yang sering saya reweli, teriaki, ketika ia baru masuk di tahun 2008, saat Kompasiana hamil tua dan siap dilahirkan. Saya percaya betul Kompasiana akan menjadi lebih maju di tangan anak ini!" Saya sepakati.

Mempunyai kesempatan berbicara langsung dengannya membuat saya mempunyai pandangan demikian. Penguasaannya tentang Kompasiana, atensinya terhadap pikiran-pikiran yang saya lontarkan tentang Kompasiana membuat saya berkesimpulan, "Ya, anak muda yang charming ini bakal mampu membawa Kompasiana lebih maju lagi."

Beberapa hal yang sempat saya utarakan sebagai pokok perbincangan antara lain yakni tentang login. Sebagai admin di puluhan grup kepenulisan, termasuk Komunitas menulis buku di beberapa daerah.  Saya sering menunjukkan identitas bahwa saya adalah Kompasianer. Share link dan ajakan menulis di Kompasiana menjadi keniscayaan. 

Bahkan anggota grup saya dari berbagai belahan bumi Indonesia. Yang dahulu terhubung  melalui Platform yang sekarang kolaps, saya ajak menulis di Kompasiana semua. 

Persoalan sulitnya login bukan hal sepele. Kegagalan membuat akun sering kali membuat mereka putus asa. Untuk itu saya mempunyai tim khusus yang siap membantu mereka loggin. Deddy, Maryam Rizky, Imam Rofi'i adalah beberapa di antara nama dari Komalku Raya, Komunitas Menulis Buku Malang Raya yang siap membantu pendatang baru membuat akun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun