"Saat ini banyak sekali anak muda yang malas menulis. Karena kurang percaya diri atas kemampuanya, dan minder akan tulisan yang kurang bagus, memulai tulisanya dari mana. Itu yang membuat anak mudah sekarang malas untuk membuat tulisan.
 Pula anak muda sekarang sudah terbiasa dengan hal instan,  bagi anak mudah lebih baik mencotoh lewat internet daripada menulis sendiri ide di kepala."
Maka untuk membuat mereka mau menulis tidak ada jalan lain kecuali action. Teknik ringan membuat satu paragraf saya utarakan, saya minta praktekkan. Rupanya sudah banyak pula yang lupa pelajaran Bahasa Indonesia. Padahal 12 tahun loh pelajaran ini kita dapatkan. Sejak SD hingga SLTA. Modal dasar sudah punya, tinggal aksi, eksekusi saja.Â
Lalu, mengalirlah  paragraf- paragraf itu di android saya, --memang saya minta mengirimkan ke nomor saya, untuk memudahkan telaah--. Ternyata mereka, para peserta itu luar biasa. Sudah bisa, lancar merangkai kata. Hanya dari stimulus, Buatlah satu alinea berisi 6 kalimat, tiap kalimat berisi maksimal 6 kata, satu gagasan.Â
Tak ada yang tak bisa, semua bisa mengerjakan tugas itu. Satu hal yang saya tekankan ketika akan mulai menulis adalah, bebaskan pikiran, jangan takut memulai, jangan takut salah, tabrak saja semua belenggu aturan dalam kepenulisan. Sesudah satu paragraf dibuat baru kita amati, lakukan pembenahan. Maka jadilah tulisan itu. Layak baca, bisa dikonsumsi khalayak.Â
Sebagai tambahan wawasan, saya minta Fahrizal memberikan beberapa tips menulis konsisten, secara dia adalah jurnalis. Tidak boleh ada kata writer block pada jurnalis, maka penuturan Rizal tentang bagaimana menulis cepat, membuat judul yang menarik, menyajikan dengan bahasa mudah dimengerti menjadi satu sesi yang membuat peserta antusias pula mengikuti kelas menulis ini.
Konsisten berlatih serta jam terbang adalah satu hal yang tak bisa diabaikan untuk menuju peningkatan kualitas tulisan. Belajar dari bacaan, Â belajar dari pengalaman, belajar dari kesalahan. Tidak ada tulisan bagus kalau tidak berani jelek. Jadi yang terpenting adalah aksi.Â
Maka, pada para peserta itu saya pesankan di akhir perjumpaan, ayo menulis. Lakukan setiap hari. Dimanapun atau kapanpun ide berkelebat, segera tuangkan dalam bentuk tulisan. Di notes gawai, atau catatan kertas. Untuk kemudian dijadikan satu inspirasi penulisan. Setelah itu posting, karena kalau hanya disimpan saja, tidak ada yang akan mengoreksi tulisan kita.
Dengan menayangkan atau mengirimkan tulisan, kita bisa sambil belajar. Untuk itu bersyukurlah kalau ada yang berkenan memberikan kritik atau saran atas apa yang telah kita tuliskan. Jangan alergi, karena menjadi BAIK ada proses yang harus dilewati. Anda sepakat? Silahkan berikan Krisan, kritik dan saran pada tulisan saya. Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H