Perbedaan waktu antara Osaka dan Pasuruan kadang membuat aku lupa ada selisih waktu yang harus diperhatikan untuk berkomunikasi dengan Ann. 3 jam an, itu yang sedang berusaha kutandai agar aku bisa menghubungi Ann di waktu yang tepat.Â
Tidak seperti kemarin, aku mendengar suara berat darinya, bahkan tak ada suara lagi kudengar , hanya irama nafas saja. Rupanya dia tertidur ketika aku berbicara panjang kali lebar kali tinggi di gawai yang menghubungkan kami.Â
Kecewa tentu saja, tapi ketika kulihat jam digital di gawai yang menunjuk pukul 3 dinihari waktu Osaka, aku mengerti. Di kediamannya perkiraan waktu adalah jam 12 malam. Waktu tengah malam, saat banyak mata lelap, dibuai mimpi.
Rasa ingin selalu bersama itulah yang mendorongku ingin selalu menghubunginya, maka kulakukan itu tak mengenal waktu. Aku menghubunginya di setiap pergantian jam.Â
Kalau dia angkat telepon dan mengabarkan keadaannya, cukuplah bagiku itu. Namun kalau dia tak mengangkat atau tak ada kabar, aku seperti orang kebingungan, what happened with her. Seperti hari itu, hari pertama sesudah dia pamitan untuk menulis berita.Â
Karena tak menjawab panggilanku pun membalas sapaan. Berondongan chat kukirim padanya.
" Ya Tuhan ada apa?  Ini ya dietelpon kok gak  bisa?"
" Semoga tidak ada sesuatu di jalan"
" Tolong kabari aku."
" Kamu kenapa sih? kmu marah  ya ama aku."
" Jangan bikin aku tambah bingung di sini."