Saling bertukar foto, ada foto sendiri dan aktivitas bersama beberapa orang. Tetiba hal pribadi ingin kutanyakan, tentang mengapa dia tak ingin menikah, di usianya yang sudah kepala tiga, sungguh tak wajar dia masih sendiri.
 Penampilannya cukup menarik di mataku. Khas wanita Indonesia, tubuh mungil, kulit eksotis kecoklatan, matanya tajam dengan bola mata hitam. Manis, enak dipandang, pasti dia pernah menjalin hubungan dengan seseorang. Spesial, lebih dari sekedar teman.
Tawanya kudengar berderai mengiringi kata-kata yang dia tuturkan, meski ada nada nyeri kurasakan.
" Menikah? Siapakah lelaki yang mau dengan perempuan jelek sepertiku? Sudah hitam tak pandai pekerjaan rumahpun."
" Ann, aku serius bertanya ini, mengapa kau tak menikah di usia ini? Bukankah di Indonesia wanita takut dikatakan perawan tua?"
" Ya Ojin, itu betul. Baiklah aku sedikit buka diriku. Aku belum menikah, bukan tak mau, hampir, dulu aku pernah hampir menikah tapi setelah tahu latar belakangku, keluarga pihak lelaki memutuskan tak melanjutkan hubungan dengan calon suamiku ke jenjang pernikahan."Â
" Ada apa dengan keluargamu?"
" Emh, ntahlah, apa baiknya aku bicara denganmu, kau orang asing, mengapa harus kubuka rahasiaku?"Â
" Oh I'm sorry, tak kulanjutkan kalau begitu, tapi jangan marah ya. Kita bicara yang lain saja. Tentang kegiatanmu mungkin. Boleh tahu?"Â
Tak kulanjutkan bertanya pada Ann tentang kehidupan pribadinya, aku takut menyinggungnya, apalagi bila itu akan membuatnya marah dan tak lagi mau bicara denganku.Â
" Baiklah satu ini kan kuberitahukan padamu. I'm a journalis. Enough. Jangan tanya lebih banyak lagi."