Tangan itu dulu kuat menuntunku
Kaki itu dulu pernah pelan iringi tertatih langkahku
Tatapan itu, dulu memberiku keteduhan kala aku butuhkan pendampingan
Dan, mulut itu dulu tak henti lantunkan doa untuk kebaikan hidupku
Diajari diriku tentang keperkasaan perempuan
Dihembuskan pada ubun ubunku kisah perempuan kuat nan tahan badai topan
Potretmu sungguh teladan
Menirumu adalah sebagian dari keinginan
Nek, kita sama perempuan kehilangan
Padamu aku banyak belajar tentang kesendirian
Bertahan dari serangan godaan
Menjadi pemenang mengalahkan setan pecundang
Nek, aku masih inginkan semua itu
Jangan pergi dulu
Kan Kurawat kau sepenuh cinta
Kan kudampingi dengan segenap jiwa
Tuhan, izikan aku bisa menatap rona berseri nenekku lebih lama
Tuhan, kumohon pulihkan kesehatan nenekku seperti semula
Atau bila kau akan memanggilnya
Akhirkan dengan keindahan, khusnul khotimah
Sumpil, Ahad, 11/8/2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H