Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sesepuh, Pemilik Doa yang Sungguh Ampuh

15 Juni 2019   06:57 Diperbarui: 15 Juni 2019   07:39 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sesepuh, dengan doa yang sungguh ampuh - Anis Hidayatie (doc.pri)

Sudah puluhan tahun tradisi dalam keluarga suami saya ini berjalan. Berkumpul dengan keluarga, di sebuah rumah tangga secara bergantian. Sungkem, salim, jabat tangan mewarnai perhelatan yang kami sebut sebagai pertemuan keluarga Bani Jamil. Secara keturunan mbah Jamil -begitu kami biasa memanggil- hadir semua di situ.

Anak, cucu, cicit tak terkecuali. Hampir seratus orang hitungan jumlah keluarga Bani Jamil ini. Ada yang lahir, ada yang meninggal, semua kami perhatikan. Mengadakan tahlil dan berkirim doa pada yang tlah tiada pun mengenalkan anggota keluarga baru, bila ada yang menikah atau melahirkan. " Ben Gak Kepaten Obor". Supaya tak putus hubungan keluarga. Begitu alasan yang pernah kudengar dari para sesepuh.

Maka untuk acara seperti ini sesepuh selalu kami prioritaskan, kehadiran mereka adalah magnet yang mampu membuat anggota Bani Jamil meminggirkan banyak alasan untuk datang. 

Agar mendapatkan doa dari sesepuh itu tujuan kedatangan kami. Syukur masih banyak yang hidup, sehat dan kuat. Saksi sejarah berbagai generasi, para pinisepuh itu rerata terlahir sejak zaman sebelum Indonesia merdeka, ada banyak cerita yang bisa kami dengar tentang orang tua kami pun masa yang menyertainya.

Mendengar kisah mereka tentang sebuah zaman yang tak saya alami merupakan keasyikan tersendiri.  Zaman perjuangan, dimana Kakek kami, Mbah Jamil juga seorang pejuang, bagaimana istri bersama anak mendampingi adalah cerita yang selalu saya tularkan kepada anak-anak saya penuh kebanggaan. 

Lalu berturut kisah anak turun mbah Jamil yang saya memanggil mereka dengan sebutan pakde atau bude saya simak secara khusuk. Penuturan mereka tentang bagaimana mengasuh anak-anak hingga menjadi 'orang' menjadi referensi pengalaman yang bisa saya terapkan dalam mendidik anak-anak saya.

Mengutamakan pendidikan, mengasuh dengan kasih sayang. Itu yang saya dapatkan ketika mendengar kisah mereka, pun kisah dari anak-anak mereka tentang cara para sepuh itu mengasuh buah hatinya. Sabar, menjaga kata-kata itu salah satu yang membuat anak anaknya jadi orang. Semenjengkelkan apapun sang anak tak ada sedikitpun umpatan. 

Tetap senyum dengan doa dipanjatkan. Sebutan nakal atau mbethik untuk menilai perilaku sang anak tak saya dengar. Telaten, mereka mencontohkan kalimat menyejukkan pendengaran. " Sini sayang, anak pinter kok."


Mengagumkan, amarah, jengkel, emosi ditahan dengan cara yang elegan, pantaslah jika anak anak mereka sukses menjadi orang. Ini bukan tentang jadi orang besar, berkuasa, atau kaya raya. 

Namun ketaatan buah hati dan keturunannya kepada orang tua dan menjalankan syari'at agama itu yang saya dapatkan pelajaran darinya. Bukankah hanya doa dari sang pewaris yang mampu menyelamatkan kita ketika menghadap sang kuasa?

Pada para sesepuh itu saya banyak mengambil hikmah tentang cara mengatasi onak dan duri kehidupan. Kesabaran, keikhlasan adalah modal dasar memperjuangkan harapan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun