Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Banjir Linangan di Hari Kemenangan

5 Juni 2019   10:26 Diperbarui: 5 Juni 2019   11:35 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Edy Purwanto (doc.pri)

Telah usai kewajiban lapar dan dahaga kita lakukan selama bulan Ramadhan, telah pula purna melatihkan sabar, menahan syahwat dunia pada bulan mulia itu. Bulan yang merupakan ibu dari seluruh  bulan dalam penanggalan. Usaha mengisi Ramadhan dengan ketaatan pada Tuhan, dzat yang telah menciptakan disebutkan berbuah  kemenangan.
Kemenangan itu kita raih hari ini. Saat Idul Fitri kita mulai. 1 Syawal jadi penanda, sukses kita meraih cinta dari Tuhan, sesembahan seluruh umat manusia. Kemenangan ini hanya untuk kita yang memuliakan Ramadhan. Bukan mereka yang enggan taat dengan berbagai alasan. Kesulitan, kerepotan demi mencintai Ramadhan, ada ganjaran berupa kemenangan. Untuk orang orang yang beriman.

Menyambut kemenangan, ternyata tak saya dapatkan dengan perayaan penuh hingar bingar, sebagaimana layaknya mereka yang menjadi juara pada perlombaan kejuaraan. Tak ada piala atau medali diberikan, tak pula disambut iringan musik atau tarian. Semua itu jauh dari saya saksikan, setidaknya di kediaman ibu, tempat saya dibesarkan.

Shalat Ied di masjid terdekat, adik-adik saya beserta keluarganya menuju ke sana. Saya tak bisa mengikuti, secara ibu dalam keadaan sakit, membiarkannya sendiri di rumah, mengkhawatirkan saya. Takut jika beliau membutuhkan sesuatu, entah makan atau minum. Waktunya minum obat pula.  Berdua saya di rumah dengan ibu. Saya melihat di matanya ada sendu. Belahan jiwa yang telah berpulang menggulirkan kenangan. Kami terlibat perbincangan tentang lelaki keluarga kami yang telah mendahului. Saling menguatkan. Itu yang kami lakukan.

Namun tatkala keponakan datang, ayah ibunya kembali dari sholat ied di masjid, banjir air mata tak tertahankan. Tetiba berlinang begitu saja. Pada ibu saya, juga semua yang terlibat dalam ritual sungkem, salim, meminta maaf kepada ibu, sebagaimana yang biasa kami lakukan bertahun lalu saat bapak masih ada, saat anggota keluarga masih lengkap semua.

Hari ini kami ikhlaskan semua kesalahan, menggugurkan dengan salim salaman jabat tangan serta pelukan. Syahdu sungguh kami rayakan lebaran. Kami tlah jadi pemenang, bila itu dikaitkan dengan keberhasilan menahan lapar dan dahaga sedari terbit fajar hingga senja meminang. Kamipun jadi pemenang jika itu diartikan bersih dari kesalahan terhadap sesama, kami telah meleburnya dengan saling memaafkan.

Satu yang masih menyesakkan. Yakni membuat keadaan sama seperti dahulu, ketika orang tercinta hadir di tengah suasana. Untuk satu hal ini saya hanya bisa menghaturkan sembab mata. Begitupun ibu saya. Untunglah kehadiran keponakan yang masih usia sekolah membuat suasana ini sedikit cair. Tak ingin kami menghadirkan kesedihan pada mereka. Anak-anak yang harusnya mengerti bagaimana tertawa ceria saja.

Maka kami sepakat  menyimpan duka itu dalam-dalam, meluahkan ketika waktu perjumpaan dengan Tuhan memanggil saja. Ketika adzan, ketika sholat kami dirikan. Untuk mereka yang datang dengan niat berbagi indah lebaran, datang mengagungkan hubungan silaturahmi, kami tak lupa ucapkan selamat idul Fitri, dengan iringan doa semoga Allah menerima ibadah kita ketika puasa.

Membiasakan  berucap "Taqobbalallahu minna wa minkum (Semoga Allah menerima amalku dan amal kalian)." Satu sama lain. Ketika ada handai tolan datang dengan perkataan demikian.

Pun mereka yang berucap Minal aidzin wal faizin, kami sambut dengan senyum mengiring. Satu ucapan lazim yang hanya ada di Indonesia sebagai tradisi bahkan menunjukkan ke Indonesian kita. Selamat Idul Fitri, Minal Aidzin wal fa'zin. Teriring ucapan mohon maaf lahir batin. Bukan arti sesungguhnya memang, hanya menyesuaikan dengan rima dan suasana.

Edy Purwanto (doc.pri)
Edy Purwanto (doc.pri)
Bagi saya itu tak mengapa, karena arti dari Minal Adzin wal fa'zin yang sesungguhnya adalah 'termasuk dari orang-orang yang kembali sebagai orang yang menang'. Saya merasa di doakan, itu intinya. Siapa pula yang tak suka menjadi bagian dari pemenang?  Saya ingin, kita juga bukan?

Baiklah, untuk kemenangan kita bersama saya sampaikan salam Syawal datang, ada harap maaf diberikan. Dengan rindu jumpa lagi sua Ramadan di tahun mendatang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun