Dengan biaya sebesar itu, dia mendapatkan,
~ Peralatan seperti: buku panduan menjahit, buku tulis, pencil penggaris, skala, reder, kertas warna, kertas utk buat pola, dan beberapa kebutuhan praktik lain.
~ Kain utk praktek
~ pinjaman mesin jahit untuk praktek
Tempat belajar :
~Dalam ruangan
~Ada ac/kipas angin
~Tempat sholat
~Ada toilet
Keseriusannya mengikuti kelas menjahit membuahkan hasil. Kini dia sudah hampir menyelesaikan studinya. Target wisuda bulan Oktober sedang diupayakan. Agar Desember ketika waktunya dia pulang ke Indonesia kontrak kerja dan studi bisa dilakukan selesaikan sempurna. Tanpa ada ganjalan apa apa, baik dari tempat kerjanya maupun dari tempat belajarnya.
Sebagai bagian dari sesama migran, sebetulnya dia juga ingin berkumpul dengan teman- teman. Victoria Park, yang merupakan favorit migran Indonesia berkumpul terkadang dia sambangi. Namun tak bisa selalu, karena terkadang kegiatan diadakan berbarengan dengan saat dia belajar atau bekerja.Â
Seperti saat hari buruh 1 Mei  kemarin. Ada ajakan dari sesama migran untuk turun ke jalan. Demonstrasi menyuarakan   kepentingan migran juga. Terkait jam istirahat, kenaikan upah, penahanan dokumen dan hal hal tentang kontrak kerja. Saat itu, dia tak bisa ikut turun ke jalan.Â
" Hari buruh kemarin aku ga libur  Mbak. Diajakin demo sih sama organisasi IMWU  Indonesian Migrant Work Union  Hongkong tapi ga bisa ikut aku."
Begitulah, baginya yang terpenting adalah kerja, taat majikan tempatnya bekerja. Diberi kesempatan memanfaatkan hari libur untuk kepentingannya me time, dia sudah sangat bersyukur. Harapan untuk tak lagi menjadi buruh orang terus dia renda dengan semangat rajin belajar dan bekerja.
Desember menjadi bulan yang ditandai untuk mengakhiri perjuangannya sebagai TKW, tenaga kerja wanita di Hongkong. Bekal ilmu menjahit telah dia punyai. Maka tak ada alasan baginya untuk kembali lagi menginjakkan kaki ke Hongkong sebagai TKW.Â