Sedari pagi kutatap sinar biru
Yang lebar dipanggil televisi
Yang segenggam tangan dinamakan gawai
Yang terdapat papan huruf disebut komputer
Aku akrab dengan mereka
Bunda bilang agar aku duduk manis
Ayah bilang agar aku tak gagap teknologi
Kuterima, aku suka, enggan lepas dari mereka
Tetiba pandanganku tak awas lagi
Angka tiga kusangka delapan
Angka sembilan kukira enam
Kabur, yang ku saksikan bercampur
Mataku penat, berat
Menatap layar derita makin hebat
Aku tersiksa, sungguh ku tak suka
Sampai ibu bertanya, "ada apa?"
Kukeluhkan semua tentang mata
Dokter  berkata," ini akibat itu semua"
Harus berkacamata
Aduhai beratnya
Andai kubisa jaga jarak pandang
Andai tak terlalu kuakrabi layar
Tentu tak perlu kupakai mata sambungan
Tentu masih tajam penglihatan tanpa bantuan
Aku merasakan sendiri
Tak enak memakai kacamata dalam usia dini
Namun harus bagaimana lagi?Â
Ini terlanjur terjadi
Maka yang bisa kulakukan hanya jaga  mata
Agar tak lebih parah sakitnya
Agar tak bertambah ukuran minusnya
Agar tak perlu lagi berkacamata
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H