Pada langit nan merona jingga, kudapati camar berbaris rapi, bersahutan bunyi. Ceracaunya riang, mengalahkan dahsyat debur ombak pantai selatan. Pada ambang senja nan menuju merah temaram, para camar sajikan pukauan pertunjukan.
 Ada wajahmu tersembul diantara kepak sayap kuat mereka. Terukir namamu membentuk gugusan awan meneman mereka terbang.
Sebutir tirta asa tetiba menggenang. Dirimu jauh dari jangkauan. Diantara jarak berbilang. Tak henti netra ini memandang, masih menawan, pesonamu tak tergantikan.Â
Ini adalah senja di pantai pada hitungan yang kesekian. Tak lelah menantikan. Merasai bayu senja menerpa dinding hati, menumbuhkan lagi rasa kasmaran.Â
Untukmu penantian ini kupersembahkan, ingin lagi nyanyikan kekidungan kenangan. Saat dahulu tawa itu masih kau hadirkan buatku. Pada masa kita dalam kencan menarikan percintaan.
Kehidupan, di sini tempatku menantikan. Bila bila jingga senja beri pertanda. Sapamu panggil namaku, kan kupercepat persiapan. Harap bekalku tak kurang, untuk segera aku datang. Dalam keindahan, menujumu aku pulang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H