Tak lahir dia dari rahimku, kucinta dia dengan segenap perhatian tak biasa dari belai seorang ibu, kasih ini menjalari rongga kalbu untuknya, buah hati sahabat jauh, yang sekalipun tak pernah kulit ini menyentuh.
Tautan cinta dua perempuan tua pada satu lelaki muda menggelorakan pesan yang sama. Jadilah kuat duhai anakku. Tlah cukup dewasa kau kulepas dari sangkar luap kasih ini. Waktumu sendiri tlah tiba. Pergilah!
Taklukkan puncak gunung es Himalaya, arungi luas ombak Samudra Hindia, berlarilah ! kejar yang kau cita. Terjatuh itu biasa, segera bangun, berdiri, lari lagi. Istirahatlah bila lelah menerpa, sebentar saja, untuk lebih laju lari demi satu kau tuju.
Nak, kami ibumu, selalu awas pada tiap lakumu, asal lurus jalan kau tempuh, Â tak perlu kami tumpahkan keluh. Hormati perempuan seperti kau memperlakukan kami. Hargai lelaki seperti kau taati ayah yang kau miliki. Begitulah hidup mengajarkan. Berbagi baik, maka kau akan dapatkan yang terbaik.
Kami percaya, kau sekuat karang di lautan, tak goyah oleh hempasan gelombang ombak berkejaran. Maka godaan, ujian, yang memperlemah iman, selesaikan. Jadilah pemimpin untuk dirimu sendiri sebelum nanti siap memimpin nafas yang lain. Belajarlah nak, untuk kelak dunia dalam genggaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H