Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kak, Ajak Aku Pulang

27 Februari 2019   13:58 Diperbarui: 27 Februari 2019   14:04 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Tinggal satu lagu harus kumenari ikuti alunan musiknya, gemulai dalam pilu menahan sakit tak terperi. Satu sesi tari wajib kuselesaikan. Mata-mata nyalang memelototi tubuhku. Satu persatu memamerkan lembaran merah atau biru. Lelang ini belum diketukkan palu. 

Maka aku harus menari lagi. Mamih memintaku dengan kerdipan. Dua lagi irama lagu harus kugoyangkan badan. Dia  tak mau tahu betapa sakit kaki ini setelah siang tadi terantuk duri. Gegara lari dari kejaran kakak yang sengaja kutemui.

Ingin kutitipkan beberapa lembar padanya untuk ibu yang kudengar kabar sakit badan karena memikirkanku. Lewat lembar itu aku ingin berkabar, anakmu ini tlah mampu berdiri tak perlu susah mencarikan sesuap nasi. 

Kakak memaksaku mengajak pulang. Tak kuhiraukan. Bagiku terpenting ada segepok uang. Matanya merah padam. Katanya tak perlu lembaran ini. Ibu hanya ingin dirimu. Makin keras, lantang, suara diteriakkan. " Ayo Pulang!"

Ketakutan, aku tak mau ikut pulang. Jalan cepat kutinggalkan kakak sendirin. Tak kuhiraukan terik panggilnya. Berlari, lupa sedang memakai sendal hak tinggi. Jatuh, tersungkur, ngilu di kaki. Pun saat dipakai menari.

Sakit sungguh, apa daya dilarang mengeluh. Liukan harus dilakukan demi kobaran sahwat menantang. Sedikit pelan gerakan, mata mamih melotot mau keluar. Makin kuhentak gerakanku, tak kepedulikan sakit menjalar di sekujur tubuh. 

Melayang angan mengingat betapa kakak pasti menggendongku bila terjatuh, membopong bila lunglai tubuh. Ibu, dia akan mengusap sakitku. Meniup ubun-ubun agar lupa pada laraku. 

Musik makin keras, tak kurasakan lagi sakit sekujur badan. Sepertinya aku terbang, ringan. Dalam igauan terkapar kubisikkan. " Kakak Ajak Aku Pulang."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun