" Nah, gara gara kakak, rasa sukaku geser ke emak- emak tau."
" Waduh kok gara-gara aku, emang ada apanya kakakmu ini?"
" Ada cinta, ada perhatian, ada kasih sayang, itu yang kurasakan. Kakak juga kan?"
" Ih, kamu aja yang ke ge-er an."
" Emmang, hehehe. Mau bukti kalau analisaku benar? Baiklah aku akan datang ke Malang, Rabu tanggal 6 Februari ini. Kan kulihat seperti apa rona muka kakak bila bertemu denganku. Kalau kulihat ada cinta untukku dari mata kakak, bersiaplah, aku akan buat statement lamaran di hadapan peserta workshop."
Ini gila pikirku, dia bukan anak lugu yang bisa diminta menyembunyikan sesuatu. Di Yogyakarta dengan percaya diri dikenalkan dirinya pada peserta workshop sebagai calon pendampingku. Waktu itu masih kubiarkan, kuanggap candaan. Tapi ini Malang, aku takut dia akan membuat kegilaan yang  mengejutkan. Asalku dari Malang, peserta workshop ada jurnalis pula. Aku khawatir kejutannya bisa lebih trending dibanding pemberitaan tentang pelaksanaan workshop nanti.
" Kalau begitu jangan datang ya."
" Hayoo, kakak ketakutan ya? Itu artinya apa? Berarti ada cinta buat aku kan?"
Kali ini aku tak bisa menjawab lagi. Skak mat. Tak tahu kata apa yang harus kuketikkan. Terlalu lama chatnya tak kubalas, kulihat notif video call menyala. Kusentuh saja bar screen penanda menerima. Kulihat wajah yang seperti pebulutangkis Tantowi Yahya itu tersenyum menawan, penuh kemenangan. Semakin salah tingkah aku, kupandang saja wajahnya di layar gawai. Sunyi tak mampu berkata kata lagi. Sementara dia, senyum menawan tak henti dihadirkan. Duh-duh, ada apa dengan diriku? Ahay