Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Terpikat Kakak

3 Februari 2019   07:07 Diperbarui: 3 Februari 2019   07:35 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak menikah aku banyak berubah, untuk suami tentu saja. Dia paling suka melihatku dandan feminin, laiknya perempuan. Maka untuk menyenangkannya kukoleksi baju panjang, belajar dandan dan berjalan. Kebiasaan itu kubawa terus hingga aku ditinggalkan. Puluhan tahun menemaninya, melekat sudah penampilan itu hingga sekarang.
****

" Ya kak, jarum hatimu," Lelaki yang kupanggil adek itu menimpali jawabanku.

" Ish, ada ada aja, datang sini gih, ikutan workshop, bantu bantu kakak."

" Siap, adekmu ini  akan datang sebagai lelaki,  dengan sekeranjang mawar untuk meminang kakak perempuannya."

Kulayangkan emo melotot padanya, " Ih, apaan sih, dah kubilang kita sahabat aja . Usia kita jauh adek sayaang."

" Biarin, emang gak boleh adik nikahin kakaknya, gak ada hubungan darah juga. Gak dilarang tuh dalam undang undang perkawinan."

Lelaki yang kupanggil adek itu selalu bisa menjawab tiap aku menolak tembakannya. Sejak dia menemani perjalananku Yogyakarta untuk memberikan workshop menulis  dan launching buku puisi itu, hubungan kami dekat. Aku merasa nyaman di dekatnya. Sebagai lelaki dia punya jiwa melindungi. Tak pernah dia biarkan aku membawa beban, dimintanya setiap yang kubawa, kecuali tas wanita tentu saja, dan seterusnya. Bersamanya aku merasa aman, seperti punya pendamping lagi.

Tapi sekalipun tak pernah terpikirkan olehku menjadikannya pengganti belahan jiwaku yang tlah pergi. Bagiku dia tetaplah seorang adek. Meski usianya sudah cukup dewasa untuk menikah. Dia telah bekerja pula. Sebagai pengajar dan penulis lepas. Masih bujangan, tak baik menjalin hubungan denganku yang sudah pernah menikah dan berusia selisih lebih sepuluh tahun dengannya, apalagi sulungku telah dewasa, terpaut beberapa tahun saja usia dengannya. Malu sama anak. Masak dia harus manggil bapak pada orang yang lebih pantas dipanggil Mas.

" Datang saja deh, peserta workshop ada mahasiswa loh, ada guru muda juga, fresh graduate, cantik-cantik, nanti kukenalkan, bisa kau pilih nanti untuk pendamping pelaminan."

" Baiklah, tapi kalau tidak ada yang bisa mengalahkan rasaku pada kakak, janji kakak gak boleh nolak aku lagi."

" Ih, ngotot amat sih, kakak sudah emak emak adeek." Sekali lagi kutegaskan ketak mauanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun