Kata orang jadi istri muda itu menyenangkan, bergelimang perhatian dan kasih sayang. Karena lebih memikat di mata suaminya. Aku belum membuktikan, secara masih gamang aku mengiyakan ajakan menikah lelaki yang baru kuakrabi sejak beberapa bulan lalu. Bagiku itu masalah besar, rasanya seperti telah melakukan pencurian. Meski katanya izin menikah lagi telah dikantongi dari istri sahnya.
Aku memanggilnya Kak Rob, pria paruh baya yang tidak terlalu kaya sebetulnya, Â tapi cukup dermawan untukku. Telah menjadi kebiasaan, sarapan bersama sebelum berangkat kerja kami lakukan. Dia selalu menjemputku pagi sekali sebelum berangkat bekerja dan mengajak sarapan di warung makan langganan yang buka 24 jam.
Kak Rob  rajin menemani hidupku sejak pertemuan tak sengaja di acara resepsi  pernikahan anak  temanku kuliah dahulu. Perbincangan awal yang menyenangkan, dia kakak tingkat aku waktu kuliah, yang melonco waktu mahasiswa baru dulu. Kupikir dia telah melupakanku, ternyata dia masih ingat, ini luar biasa, 15 tahun itu bukan waktu yang pendek untuk mengingat seseorang.
"Hai, kamu Daya kan?" Sapanya waktu itu mengagetkanku.
"Emh, iya anda siapa ya ? " Selidikku bertanya, sembari menatap lekat wajahnya berusaha mengingat kembali. Tatapan mata teduh,  kulit  sedikit coklat, jangkung, rahang tegas, ada warna putih di rambutnya. Tidak tampan seperti Sandiaga Uno sih tapi sangat menawan untuk dijadikan bahan tatapan. Sekilas aku ingat politikus yang jadi Gubernur Jateng mengingatnya. Ya, penampakannya seperti Ganjar Pranowo.
"Kamu lupa ya? Aku yang menyelamatkanmu waktu pingsan saat Opspek mahasiswa baru. Masih ingat ? Yang menggendong kamu membawa ke ruang kesehatan aku loh?"
" Oh ya? Duh maaf kak aku lupa. Habis beda banget dengan penampilan kakak waktu itu."
" Kenapa? Aku terlihat tua kah? Kubiarkan warna putih di rambutku agar aku terlihat matang." Kelakarnya sok dekat.
Perbincangan awal itu menjadi gerbang kehangatan kami kemudian. Tak ada jeda dia menanyakan kabar, sedang apa? sudah makan? atau kamu baik baik saja? Bila chat WA atau video call nya tak segera kubalas.
Aku tahu dia telah beristri makanya aku tak berani terlalu menanggapi chatnya. Kujawab seperlunya dengan singkat tiap pertanyaannya, dengan beberapa huruf saja malah seperti sdh, blm, y. Atau kalau sedang malas ngetik cukup emo kuberikan padanya.
Satu bulan yang lalu, tepatnya saat ban sepeda motorku bocor menjadi awal rutinitas antar jemputnya. Pulang dari kantor notaris tempatku bekerja dia datang menjemputku. Cerdik dia, Â memakai jaket dan helm hijau gojek. Dia datang membawa seorang laki-laki yang dimintanya membawa motorku.