Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sesama Manusia Kok Menghamba

14 Januari 2019   06:52 Diperbarui: 14 Januari 2019   09:08 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukankah ridholloh fi ridhol walidain. Ridho Allah terletak pada kedua orang tua kita. Di rumah ayah bunda adalah orang tua. Di luar rumah, sekolah, pesantren, atau tempat lain yang ada pengajarnya, guru adalah perwakilan orang tua, padanya kita dititipkan. 

Jadi bukan suatu kesalahan bila kita memberikan penghormatan, pada guru atau pada orang-rang shalih yang menjadi panutan. Toh masih ada sekat syari at, untuk tidak bersentuhan dengan yang bukan mahram. Ini bagian lain dari lebih mengutamakan Tuhan, taat pada ajaran.

Sumber : Tempo.co
Sumber : Tempo.co
Untuk para abdi dalem demikian juga, mereka yang bekerja di sana wajib ndemek ndemek, merendahkan diri, bukan melempar harga diri secara itu bagian dari pekerjaan, bila niatnya bekerja apa salahnya, lain so'al kalau dia mendewakan sang tuan, dengan segala hak Tuhan yang harus menjadi sesembahan, seperti Fir'aun yang memproklamirkan diri sebagai raja dan Tuhan.

Hamba menghamba, kita ini cuma hamba mengapa menuhankan manusia? Podo mangan segone, podo butuh turu, butuh duit. Sama sama makan nasi, butuh tidur, butuh uang. Manusia yang kita puja tak ada beda dengan kita, linier saja, sejajar, tanpa harus melakukan tindakan tidak wajar atau kurang ajar.

 Tawadhu' , menghormati sesama manusia, dengan segala piranti adab dan tatacara. Bukan menghamba merendahkan diri senyata nyatanya sebagaimana kita sujud pada-Nya. Kita ini sama sama manusia mbok yang wajar saja. 

Sesama manusia kok menghamba, apa yang digantungkan padanya? Tak ada beda. Hanya taqwa parameternya. Itupun nanti baru terlihat saat penghitungan akhirat. Sepertinya kita atau malah aku sendiri yang  sedang mengalami kebuntuan  nalar sehat? Wallahu alam bishowab.

Di tulis Anis Hidayatie untuk Kompasiana, Ngroto. Pujon-Malang 14012018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun