Bukankah ridholloh fi ridhol walidain. Ridho Allah terletak pada kedua orang tua kita. Di rumah ayah bunda adalah orang tua. Di luar rumah, sekolah, pesantren, atau tempat lain yang ada pengajarnya, guru adalah perwakilan orang tua, padanya kita dititipkan.Â
Jadi bukan suatu kesalahan bila kita memberikan penghormatan, pada guru atau pada orang-rang shalih yang menjadi panutan. Toh masih ada sekat syari at, untuk tidak bersentuhan dengan yang bukan mahram. Ini bagian lain dari lebih mengutamakan Tuhan, taat pada ajaran.
Hamba menghamba, kita ini cuma hamba mengapa menuhankan manusia? Podo mangan segone, podo butuh turu, butuh duit. Sama sama makan nasi, butuh tidur, butuh uang. Manusia yang kita puja tak ada beda dengan kita, linier saja, sejajar, tanpa harus melakukan tindakan tidak wajar atau kurang ajar.
 Tawadhu' , menghormati sesama manusia, dengan segala piranti adab dan tatacara. Bukan menghamba merendahkan diri senyata nyatanya sebagaimana kita sujud pada-Nya. Kita ini sama sama manusia mbok yang wajar saja.Â
Sesama manusia kok menghamba, apa yang digantungkan padanya? Tak ada beda. Hanya taqwa parameternya. Itupun nanti baru terlihat saat penghitungan akhirat. Sepertinya kita atau malah aku sendiri yang  sedang mengalami kebuntuan  nalar sehat? Wallahu alam bishowab.
Di tulis Anis Hidayatie untuk Kompasiana, Ngroto. Pujon-Malang 14012018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H