" Ya Rahman, jikalau ini hukuman, kuterima segala kedukaan, asal Engkau sudi memberi ampunan. Aku hampir menyelingkuhi Mu. Bila pertemuan ini tak baik buatku, kumohon bebaskanlah hatiku, sucikan aku dari sang yuwaswisu. Aku bersujud hanya padaMu."
Lantunan ayat di bibir Salikah tak terhenti, hatinya mulai jernih kembali, adalah betul bacaan Qur'an pengobat hati. Gulana ini telah berhenti. Salikah tersadar, tak perlu ada nama lelaki baru yang harus dikejar, cukuplah satu nama mulia serupa Adam untuk Hawa. Diingatnya betul pesan abah Yai,Â
"Jadikanlah dirimu wali, maka kau akan mudah menggandeng suamimu melewati sirath akhirat nanti."
Dua hari telah diewati Salikah dari kegagalan kencan. Notif android berbunyi pagi sekali sebelum dia membuka pintu rumah, dibuka, ada kabar WA darinya. " Maafkan, aku kemarin tak bisa datang, motorku kecelakaan."
 Gambar puing puing motor kecelakaan dilihat Salikah dengan seksama. Tak ada yang utuh, bagian tubuh motor sang kekasih berserakan. Hatinya tersentuh, dia menyahut ketika ditelepon. " Ya, tapi kau tak apa kan? "
" Alhamdulillah, masih bisa berdiri, setelah motor terpental, menyenggol ban Thrailler besar." Lelaki itu menjelaskan. " Do'akan aku segera sehat ya, supaya bisa segera datang menemuimu."
Salikah hanya berkata " Ya, Safahulloh, semoga kau baik baik saja."Â
Salikah tak lagi merasakan debaran, dia lebih disibukkan perasaan bersalah pada Tuhan. Tak ingin lagi ada kecelakaan, tak ingin lagi ada penantian, Salikah memutuskan. " Maafkan, anakku tak mengizinkan kita melanjutkan hubungan." Â
 Itu adalah satu satunya kata penolakan yang paling aman. Agar lelaki itu tak merasa dikecewakan.Â
Sejak itu, Salikah memutuskan tak perlu lagi menjalin kedekatan dengan lelaki manapun meski menawan. Cukuplah Tuhan tempat menabur seluruh rasa cintanya. Berharap ada perjumpaan dengan belahan jiwanya dalam keindahan surga yang dijanjikan.Â
Dan bila kesepian itu memuncaki relung sanubari, bila rindu itu membilurkan kenangan indah masa lalu, Â maka Salikah bergegas mengambil kitab bertulis kalam ilahi, dilantunkan dengan segenap hati, baru berhenti bila tangis tak terbendung lagi.
Ngroto - Pujon - Malang, 13012018