Rindu bergarang uapkan hasrat
Asa menggelinjangkan ingin sangat
Raup tak bisa akan torehan pena
Melatari buru bagaimana
Menjembatani laksa swara
Puja pada sang bulan
Seretku raih pendaran
Berperih coba naiki tangga
Kaki tertatih berdarah-darah
Terseok merintih parah
Syukurku purnama sedia melirik
Lihat syahwat cariku yang tak bermalu
Setua ini masihlah mau
Tuntut cara agar mampu
Walau harus merayu rayu
Entah apa yang akan tuan buat
Mungkin sekedar kasihan
Atau bahkan mau sungguhan
Raih lambaian tangan
Tangkap nafsu tak terungkap
Sungguh terima kasihku padamu
Nama besar padanya kukulumkan rindu
Sosok jumawa yang tak henti kupuja
Idola hati tiada henti
Menasbihkan nama tanpa bisa mengganti
Janji sang tuan sedia datang
Laksana rindu bulan berkalang
Tak nyana ada di upayakan
Sekedar bertemu muka udzurku
Hanya  ingin dengar tuturku
Inilah kesempatan
Dapatkan ilmu langsung dari sang pujaan
Walau tak ada janji aku bisa beri apa
Hanya hadir sebagai penanda
Betul  dia kurindu puja
Amal tuanku nan agung semogalah
Tercatat tak henti sebagai jariyah
Mewariskan ilmu menulis berjilid jilid
Pada anak negeri yang papa ini
Pada setitik debu yang tak berarti ini
Datanglah duhai jiwa yang gersang
Bawa pula gerombolan jalanan
Agar tuanku tak merasa sendiri
Berjuang datang demi literasi
Memerdekan pikiran dari puritan diri
Kesungguhanku berjanji
Patuhku mengebiri
Takkan tengok kanan kiri
Bila Tuan tandang beri wejangan
Datanglah Tuan
Ngroto, 11122018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H