Mudah-mudahan anak-anak itu kelak bisa mudik dengan nyaman. Mereka kelak duduk di ruang tunggu bandara udara sambil bercerita nostalgia pada anak-anak mereka, tentang masa kecil mereka di atas motor setiap pulang lebaran. Jika itu bisa terjadi maka lunaslah sebuah bait dari janji kemerdekaan: mencerdaskan dan menyejahterakan.
Buat teman-teman yang merayakan lebaran  di kampung halaman: selamat mudik. Perjalanan mudik yang melelahkan ini harus tetap bisa berubah jadi perjalanan yang mengesankan.
Ingat, setiap putaran roda adalah denyut penantian orang tua dan keluarga. Hati-hatilah dalam perjalanan. Kurangi kecepatan kendaraan, kurangi resiko kecelakaan. Jangan lupa, alamat tujuan mudik adalah ke rumah orang-tua, bukan ke rumah sakit.
Di kampung halaman orang tua sedang menunggu. Di kampung halaman mereka sedang mendoakan. Tiap ada deru suara kendaraan berhenti mereka bergegas ke serambi berharap anaknya telah tiba. Tiap ada suara ketukan pintu depan, mereka melonjak bahagia berharap anaknya di depan pintu.
Saat pintu dibuka, saat berhamburan anak-cucu memeluk, di sanalah kebahagiaan orang tua menjulang tanpa batas. Anaknya telah pulang, anaknya kembali ke kerahiman ibu dan ayahnya. Di mata Ibu yang basah itu mengalir cinta tanpa batas seorang ibu pada anak cucunya.
Jauhkan mereka dari rasa tegang apalagi duka. Hampiri orang tua dan keluarga di kampung halaman dengan membawa kebahagian.
Selamat mudik ..... Mudiklah dengan selamat ....
Tol Palimanan, Exit Ciperna, 7 Sept 2010.
(Ditulis ulang dari tulisan lama yg dibuat saat menjalani kemacetan di perjalanan mudik 2010, 6 tahun yang lalu.)
*kredit foto: AP PHOTO / FIRDIA LISNAWATI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H