Mohon tunggu...
anie puji
anie puji Mohon Tunggu... Guru - Mengembangkan hobby menulis, berbagi informasi dan pengetahuan lewat kompasiana

Aktifitas sebagai guru, hobby menulis sejak kecil, suka menulis di media sosial juga

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Jomlo Abadi Salah Siapa?

10 Februari 2021   22:18 Diperbarui: 10 Februari 2021   22:24 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
salah satu dokumen Ifent bisnis/dokpri

Menyandang predikat jomblo memang enjoe aja ketika usia masih sangat muda. Seperti dalam tembang kenangan yang dinyanyikan  Kus Plus bersaudara yang tak asing ditelinga kita; 

Begini nasib jadi bujangan

Kemana-mana, tiada orang yang melarang

Hati senang walaupun tak punya uang ...

Begitulah yang kurasakan selama ini, hingga tak terasa usia semakin tua. Sementara teman-teman sebaya sudah pada berkeluarga, punya mantu bahkan cucu. Kalau pas reunian, kumpul-kumpul sering bercanda: " Sekarang sudah bermutu ya?" (bermutu maksudnya punya cucu, dalam bahasa jawa putu, punya cucu=mutu). Aku yang jomblo spontan menjawab; "Waduh berarti aku ga bermutu donk!" Langsung teman-teman tertawa ngakak sambil komen: "Kalau kamu mah ga bakalan bermutu An, punya mantu aja belum. Ayo kapan nikah, agar segera nyusul kita bermutu... he he ehe "

Pertanyaan "Kapan nikah" mungkin suatu kalimat  basa-basi tuk memcairkan suasana, atau bahkan bertujuan aga lebih akrab dan dekat dalam jalinan persahabatan. Namun pertanyaan ini akan menjadi sebuah polimik dikala disampaikan pada orang yang boleh dibilang kedaluwarsa, kelamaan menjomblo atau dalam bahasa yang lebih kasar, perawan tua. Karena sesungguhnya hampir tak ada seorang perempuan di dunia ini yang sanggup/mau menda[at julukan seperti itu.

seperti dalam judul di atas, Jomblo Abadi Salah Siapa, akan saya kupas tuntas disini sebagai pengalaman pribadi, yang mungkin bermanfaat bagi pembaca yang sudah berkeluarga, agar tidak mudah menyalahkan kami para jomblowati abadi dan menjadi motifasi diri untuk tetap semangat menghadapi masa depan dengan kegiatan bermakna, tidak putus asa karena jomblo abadi bukan suatu aib, bukan pula  keinginan kita. 

Tidak semua orang yang bertahan menjomblo adalah karena pernah patah hati, frustasi atau kisah sedih masa muda yang lain. Memang banyak sich para wanita yang pernah kecewa berpacaran, ditinggal kekasih dan sebagainya akhirnya susah move on. Tapi tidak semua seperti itu lho, karena jodho, pati, rejeki itu Allah yang atur. Kita manusia punya banyak rencana, tapi keputusan/ketetapan ada pada Allah jua. Seperti yang aku alami selama ini. 

Semasa hidupku tak pernah mengenal pacaran, meski banyak teman. Berteman seluas-luasnya dan Alhamdulillah tidak pernah terjerat pergaulan bebas yang melanggar norma agama. Aku dibesarkan oleh orang tua yang disiplin dan  otoriter karena memang begitulah zaman saya dulu. 

Bagaimana sikap ayahku dalam menjaga dan mendidik anak perempuannya, aku jadikan pengalaman berharga. Masa SMA adalah masa indahnya bercinta, namun tidak berlaku dalam kamusku. Namun kepolosanku justru sering dijadikan mak comblang. Teman sebangkuku yang manis banyak pria yang jatuh hati dengannya. Mulai teman sebaya hingga kakak kelas, para cowok bersahabat denganku lantaran gadis manis teman sebangkuku.

Tugas mak comblang berlanjut hingga aku kuliah. Lagi-lagi aku punya sahabat cantik yang slalu bersama naik sepeda onthel ke kampus. Meski sudah mahasiswa aku tetep polos ga dandan, ga kepikiran gimana menarik perhatian cowok. Prisipku, aku harus berhasil jadi sarjana, aku tak mau mengenal cinta. 

Bahkan ketika pernah suatu kali sahabat penaku kirim fotonya, aku bingung tuk menyipannya. Padahal si cowok sahabatku sudah berkeluarga. dan aku minta tuk kirim foto lagi tapi yang bersama istrinya. Hobby koresponden membuatku dikenal semua staff Tata usaha di kampus lantaran seringnya menerima surat, terutama si cowok yang kirim foto. Beliau namanya Maman Permana, asli Bandung, lulusan ABA jurusan bahasa inggris. kerja di perusahaan pesawat terbang punya pak Habibi. 

Inilah sekelumit perjalanan masa muda, punya banyak sahabat pria maupun wanita namun berjalannya sang waktu usia semakin tua masih tetap menjomblo jua. Salahkah aku? Aku tak merasa melakukan kesalahan, tapi banyak orang sering menyalahkan dalam kesendirianku. Kamu sich, terlalu selektif, kamu sich terlalu cuek, nunggu apalagi sich ... Begitulah ucapan yang sering dilontarkan. Bagi orang yang senasib denganku, ucapan tersebut bisa jadi membuat mereka frustasi, dan menutup diri menjauhi teman-teman dan tak mau beraktifias keluar demi menghindari pertanyaan yang sangat menyakitkan hati. 

Tapi tidak dengan diriku. Bagiku pertanyaan merreka adalah wujud kepeduliannya terhadapku, aku tak perlu sakit hati atau marah. Karena jodoh adalah rahasia Illahi, maka Allah sedang mempersiapkan yang terbaik untuk masa depanku nanti. Hari demi hari kuisi dengan berbagai aktifitas yang bermanfaat. Bahkan pernah diminta sahabat tuk mengabdi di bumi Borneo, jauh dari sanak saudara  dengan gaji pas-pasan tinggal di tepi hutan. Semua kujalani dengan happy, banyak pengalaman berharga mengukir prestasi mencerdaskan anak negeri.

Semoga kisahku ini bermanfaat menjadi cermin dan motifasi diri dan tak mudah frustasi, sesulit apapun kondisi. Karena setiap ujian ada hikamah besar , Allah sedang merencakan hadiah untuk kita orang yang pandai bersyukur ...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun