Di abad milenial, gerakan pembaharuan pendidikan telah membawa banyak perubahan dan perubahan dalam masyarakat modern. Standarisasi pendidikan menjadi sangat penting, bahkan menjadi keharusan. Sebagaimana dinyatakan oleh Mudjijono (1996), orang Indonesia yang berkualitas hanya akan dilahirkan dari generasi yang berkualitas, dan generasi yang berkualitas juga akan tumbuh dari anak-anak yang berkualitas. Dosen harus bekerja keras untuk mengubah metode pembelajaran dan tujuan pendidikan abad ini. Proses pembelajaran membutuhkan generasi muda yang memiliki keterampilan dan keahlian yang menguntungkan mereka secara intelektual, profesional, emosional, moral, dan spiritual.
Peran pendidik menjadi sangat penting dalam proses pembelajaran di dunia pendidikan manusia abad milenial, di mana peningkatan keterampilan digital (digital literacy skill), keterampilan belajar dan inovasi (learning and innovation skills), dan keterampilan kehidupan dan karier (life and career skills) menjadi sangat penting. Untuk mencapai cita-cita bangsa, yaitu masyarakat Indonesia yang sejahtera dan bahagia, dengan kedudukan yang terhormat dan setara dengan negara lain di dunia, melalui pembentukan masyarakat yang terdiri dari sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu individu yang mandiri, berkemauan, dan memiliki kemampuan untuk mewujudkan cita-cita bangsa mereka sendiri. (BSNP: 2010)
Tujuan pendidikan di abad milenial akan mempersiapkan sumber daya manusia untuk beradaptasi dengan dunia yang tidak menentu, dinamis, dan tidak menentu; mengembangkan perilaku kreatif; membebaskan kecerdasan setiap orang; dan menghasilkan inovator. Abad milenial ini tentu saja akan melihat kembali bagaimana model pembelajaran berharap agar mahasiswa dapat menjadi mahasiswa yang mandiri, kreatif, inovatif. Â Salah satu upaya yang dilakukan adalah melakukan inovasi di bidang pendidikan. Inovasi ini sangat penting dan dapat dimulai dengan mengubah paradigma pendidikan itu sendiri ke arah yang lebih baik, sehingga menjadi tugas dan peran pendidik sangat penting dalam membimbing, mengarahkan, dan mendidik mahasiswa dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran yang terkait dengan pendidikan karakter adalah jenis perkembangan pembelajaran yang revolusioner yang dapat mempengaruhi perkembangan pembelajaran seperti kurikulum, metode, evaluasi, dan media pembelajaran. Sangat penting untuk menerapkannya agar pendidikan dapat menghasilkan lulusan yang unggul dengan kepribadian yang kuat dan unggul. Semua upaya untuk menanamkan nilai-nilai baik dan menumbuhkan kepribadian yang bijak dan baik sehingga dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungan dan masyarakat luas dikenal sebagai pendidikan karakter.
Pendidikan karakter (Azzet, 2014) merupakan sistem yang digunakan untuk menanamkan nilai-nilai moral kepada semua siswa di sekolah sehingga mereka dapat belajar dan bertindak sesuai dengan nilai moral. Pendidikan karakter bertujuan untuk menanamkan dan mengembangkan karakter peserta didik sehingga mereka dapat menerapkan karakter-karakter ini dalam kehidupan sehari-hari, seperti di rumah, di sekolah, dan di masyarakat (Wibowo, 2013, hlm. 40).
Bagaimana dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan karakter ? untuk menjawab hal ini adalah dengan mengetahui unsur-unsur yang memengaruhi keberhasilan atau kegagalan pendidikan karakter, diantaranya seperti :
- Faktor Insting (Naluri) yakni sikap dan tabiat yang telah berkembang sejak lahir.
- Adat, atau kebiasaan, adalah suatu tindakan yang sama yang dilakukan berulang kali hingga menjadi terbiasa.
- Sifat-sifat anak sebagian mencerminkan sikap dan sifat rohani dan fisik orangtuanya melalui keturunan, atau keturunan.
- Sifat seseorang dapat dipengaruhi secara langsung atau tidak langsung oleh lingkungannya, yang mencakup adat istiadat, gaya hidup, kondisi sekolah, desa, kota.
Bisa disimpulkan bahwa karakter adalah sifat, persepsi, dan baik-buruk seseorang dalam menerapkan nilai, moral, emosi, dan berbagai kemampuan kejiwaan lain, yang tercermin melalui perilaku atau tingkah laku yang baik. Nilai dasar yang ditanamkan dan dimiliki seseorang sebagai dasar untuk berbuat baik sesuai dengan norma masyarakat juga dapat didefinisikan sebagai karakter.
Tujuan pendidikan karakter, menurut Kemdiknas, termasuk yang berikut:
- Mengembangkan potensi moral, kognitif, dan afektif peserta didik sebagai warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan sifat bangsa.
- Mengembangkan perilaku yang baik yang sejalan dengan nilai-nilai religius dan universal bangsa.
- Mengembangkan semangat kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai penerus bangsa.
- Mengajarkan mereka untuk menjadi individu yang mandiri, inovatif, dan bernasionalisme.
- Menjadikan lingkungan kehidupan sekolah aman, jujur, inovatif, dan ramah.
Panduan Pelaksaan Pendidikan Karakter (Kemendiknas 2010) menjelaskan bahwa strategi pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidikan merupakan bagian dari program manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah. Program ini digunakan selama pengembangan, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum di setiap satuan pendidikan. Semua ini diperlukan strategi untuk Implementasi Pendidikan Karakter, dengan melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan (komite sekolah, masyarakat, dan lembaga lainnya) untuk mengembangkan kegiatan sekolah dan menyelenggarakan kegiatan pembelajaran. Pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar melalui kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, dan pengondisian kegiatan ekstrakurikuler serta menanamkannya dalam kegiatan sehari-hari di rumah dan di masyarakat.
Proses pendidikan yang berkualitas ditentukan oleh banyak faktor yang saling terkait, salah satunya adalah peran dosen sebagai komponen dinamis dari sistem pembelajaran. Sebagai pelaku terdepan dalam melaksanakan proses belajar mengajar, dosen berfungsi sebagai role model atau contoh yang baik bagi mahasiswanya. Dosen profesional juga merupakan bagian dari pendidikan, yang memiliki dampak yang signifikan terhadap kualitas pendidikan.
Seiring berjalannya waktu, dosen terus berkembang dalam peran mereka yang semakin luas, termasuk sebagai pelatih (coaches), konselor, manajer pembelajaran, partisipan, pemimpin, pembelajar, dan pengarang. Dosen terus berkembang sebagai komponen dinamis dari sistem pembelajaran. Sangat penting bagi dosen untuk memberikan peserta didiknya banyak kesempatan dan peluang untuk menciptakan metode pembelajaran yang inovatif dan efektif. Dalam proses belajar mengajar, pengembangan kompetensi karakter kepribadian mahasiswa harus diperhatikan secara konsisten, karena prestasi akademik mahasiswa tidak semata-mata dipengaruhi oleh kemampuan intelektual umum; lebih banyak dipengaruhi oleh keterikatan mereka dengan guru, tenaga pendidik, fakultas, dan universitas.
Karakteristik pembentukan tingkah laku proses belajar ini menunjukkan bahwa pembelajaran memiliki kemampuan untuk membentuk sifat dasar dan tingkah laku peserta didik. Diharapkan bahwa dosen akan membangun kepribadian yang memiliki kualitas seperti kebebasan yang bertanggung jawab, komitmen pada kemandirian, dan kemandirian melalui berbagai metode atau upaya mereka.
"Bangsa yang berkarakter memiliki kepercayaan pada nilai-nilai kepribadian dan kemandirian bangsa sendiri. Dia percaya bahwa "Sesuatu bangsa yang tidak memiliki kepercayaan kepada diri sendiri tidak dapat berdiri langsung." Negara yang tidak memiliki iman tidak dapat bertahan. Pernyataan tersebut merupakan amanat dari Proklamasi 17 Agustus 1956 oleh Presiden Republik Indonesia pertama, Ir. Soekarno. Dia mengingatkan betapa pentingnya bagi sebuah bangsa untuk memiliki kekuatan karakter yang dibangun atas dasar kesadaran yang mendalam tentang pandangan hidup bangsanya. Seiring perkembangan dunia pendidikan, peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan tinggi harus diikuti, karena ini menunjukkan peran pendidikan perguruan tinggi yang sangat penting dalam membangun peradaban bangsa berdasarkan jati diri dan karakter bangsa Indonesia.
Dosen harus memahami sifat mahasiswa yang mereka bimbing, terutama mereka yang membimbing akademik. Mereka adalah penggerak perubahan untuk menghasilkan lulusan yang unggul secara religius, cerdas, produktif, andal, dan komprehensif. Mereka juga harus mengajarkan soft skills yang berguna untuk kehidupan setelah lulus dari perguruan tinggi, sehingga menghasilkan generasi emas yang berkualitas. Untuk transformasi pembelajaran, seluruh civitas akademika harus terlibat, dan guru juga harus berperan dalam membentuk karakter mahasiswa. Dosen harus berpartisipasi dalam membentuk karakter mahasiswa dengan berinteraksi dengan mahasiswa dalam diskusi tentang materi pelajaran, memberikan contoh yang baik untuk berbicara dan berperilaku, dan mendorong mahasiswa untuk berpartisipasi secara aktif dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang inovatif, variatif, dan kemandirian.
Aniek Irawatie
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI