Mohon tunggu...
Aniek Irawatie
Aniek Irawatie Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Humaniora sosial budaya adalah bidang yang saya tekuni sampai saat ini, dan menjadi fokus aktivitas penelitian dan pengabdian masyarakat. Setiap aktivitas itu saya selalu melibatkan mahasiswa, dengan maksud agar mahasiswa memiliki pengalaman belajar di luar kelas. Mahasiswa adalah sahabat dosen dalam proses belajar mengajar, sehingga peran dosen tidak hanya sebagai pendidik akan tetapi menjadi teman berdiskusi. Menjadi dosen sangat menyenangkan karena selalu berinteraksi dengan berbagai generasi sehingga dosen harus mampu menjadi teman berdiskusi bagi mahasiswanya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Integritas Pendidikan Moral

24 Desember 2023   06:39 Diperbarui: 24 Desember 2023   06:39 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tujuan pendidikan abad milenial saat ini untuk mempersiapkan sumber daya manusia dalam dunia yang dinamis, tidak menentu, kreatif, membebaskan kecerdasan individu, dan menghasilkan inovator. Dengan pendidikan dapat menjadikan individu-individu yang mandiri, sebagai pelajar yang mandiri. Peran dan tanggung jawab pendidik dipengaruhi oleh perubahan metodologi pembelajaran dan tujuan pendidikan abad milenial. Proses pembelajaran membutuhkan orang yang memiliki keterampilan dan keahlian seperti cerdas intelektual, cerdas vocational, cerdas emosional, cerdas moral, dan cerdas spiritual. Inovasi di bidang pendidikan sangat penting dan dapat dimulai dengan mengubah paradigma pendidikan itu sendiri. Tugas dan peran pendidik sangat penting dan penting dalam membimbing, mengarahkan, dan mendidik siswa dalam proses pembelajaran. Sangat penting dalam pendidikan abad milenial untuk memiliki keterampilan digital, keterampilan literasi digital, keterampilan belajar dan inovasi, dan keterampilan kehidupan dan karier. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia telah melaksanakan tuntutan tersebut dengan mengembangkan kurikulum baru untuk Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Kurikulum ini disesuaikan dengan gagasan pendidikan modern.

Pendidikan digunakan oleh pemerintah untuk meningkatkan moral bangsa, tetapi fokusnya lebih pada kemampuan kognitif daripada keterampilan psikomotorik atau keterampilan dan emosi. Strategi pencapaian Pendidikan Nasional abad milenial yang pelaksanaan operasionalnya untuk mencapai sasaran paradigma dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkeanekaragaman geo-demografis, budaya meliputi :

  • Meningkatkan komitmen dan mendorong pemangku kepentingan badan eksekutif pusat, daerah, dan jajarannya serta badan legislatif pusat dan daerah melalui tugas dan fungsi yang terkait.
  • Meningkatkan partisipasi sektor informal dan lembaga swadaya masyarakat, terutama dalam pendidikan nonformal dan informal, sesuai dengan paradigm baru.
  • Meningkatkan kreativitas inovatif masyarakat dengan mengembangkan dan menerapkan paradigma yang sesuai dengan budaya lokal.
  • Meningkatkan sumber daya manusia bidang pendidikan melalui penerapan/implementasi paradigma.

Jika kita melihat cara pemerintah membangun sistem pendidikan dan kurikulumnya, fokusnya hanya pada peningkatan kemampuan dan keahlian dalam bidang IPTEK. Di sisi lain, ini tidak efektif dalam menumbuhkan karakter siswa yang positif, karena siswa dapat bertindak sesuka mereka, sehingga rasa hormat terhadap guru dan dosen berkurang. Fenomena tersebut adalah sedikit dari fakta pelaksanaan pendidikan di Indonesia, di mana sistem pendidikan masih menganggap bahwa orang yang cerdas adalah yang menerima nilai tertinggi dan memiliki IQ di atas rata-rata. Namun, sikap, kreativitas, kemandirian, emosi, dan spiritualitas siswa belum dinilai secara proporsional. Oleh karena itu, maka diperlukan tindakan yang nyata dengan menanamkan nilai-nilai moralitas yang baik diperlukan. Moralitas menurut W.Poespoprojo (1998:18) adalah kualitas dalam perbuatan manusia yang menunjukkan bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik atau buruk. Moralitas mengacu pada baik-buruknya tindakan manusia. Menurut Immanuel Kant, moralitas adalah tentang apa yang baik dan buruk. Dalam hal pemahaman moral, itu adalah pengetahuan tentang cara berperilaku yang baik dan buruk bagi manusia. Selain itu, moral juga mencakup pelajaran tentang apa yang baik dan buruk untuk tindakan dan tindakan (akhlak).

Titik tekan "moral" adalah norma-norma yang harus ditanamkan dan dijaga oleh keluarga, sekolah, lembaga pendidikan, dan komunitas lainnya. Kebaikan moral adalah kebaikan secara keseluruhan, bukan hanya dari aspek tertentu. Seperti halnya rumah tangga, sekolah juga dapat memainkan peran penting dalam pembinaan moral anak didik. Sekolah harus menjadi lapangan yang baik untuk pertumuhan dan perkembangan mental dan moral siswa, seperti rumah tangga. Selama ini, pendidikan moral hanya berfokus pada mata pelajaran agama, Pancasila, kewarganegaraan, dan budi pekerti. Akibatnya, tampaknya mata pelajaran ini memiliki kemampuan untuk segera mengubah sikap moral siswa. Pendidikan moral seharusnya terintegrasi pada semua mata pelajaran/mata kuliah, apalagi saat ini pemerintah sedang menerapkan kebijakan pendidikan karakter dimana penanaman nilai-nilai karakter tersebut setidaknya dapat membentuk karakter/kepribadian siswanya untuk lebih tangguh menghadapi tantangan dan persaingan disegala bidang baik dari dalam maupun luar negeri, diharapkan lulusannya nanti selain memiliki keahlian bidang IPTEK juga memiliki moral yang baik.

Semakin maju dan canggihnya teknologi informasi dan IT tampaknya membuat orang lupa tentang nilai-nilai budaya timur, yang telah ada di Indonesia sejak lama. Adat istiadat dan nilai moral yang ketat sangat penting dalam budaya Timur, dan masyarakat terus menjaga keanekaragaman adat istiadat mereka. Budaya ketimuran kita pertahankan dari masa ke masa dengan alasan bahwa tradisi budaya ketimuran bangsa kita ini sangatlah kental dan erat memegang teguh norma-norma yang ada, akan tetapi semakin lama semakin memudar dan hilang begitu saja karena lebih mengikuti perkembangan zaman, sehingga pengaruh budaya barat kian mendominasi mulai dari perilaku, norma, gaya hidup hingga pergaulan.

Menurut nilai-nilai tradisi ketimuran, orang Indonesia adalah orang yang sopan, ramah tamah, tepo saliro, suka bergotong royong, dan tolong menolong. Namun, apakah Indonesia tetap menjadi negara yang ramah tamah? Apakah sikap ramah tamah, sopan santun, gotong royong, dan tolong menolong orang Indonesia hanya akan menjadi kenangan di masa depan? Saat ini, perubahan yang terlihat dalam kehidupan keseharian orang Indonesia jelas terlihat, dengan tingkat individualisme yang terlihat di berbagai tempat. Selain itu, media sosial telah berkembang menjadi media yang sering dikunjungi dengan membuat akun dan menggunakan umpatan, makian, dan kata-kata tidak sopan lainnya sebagai sarana kebebasan berekspresi untuk mengungkapkan pendapat, pandangan, bahkan keyakinan politik mereka. Nilai-nilai timuran yang seharusnya menjadi ciri khas orang Indonesia sekarang semakin hilang. Banyak orang lupa bahwa kebebasan seseorang untuk berekspresi juga dibatasi oleh kebebasan orang lain. Di tengah-tengah kehidupan masyarakat global, semakin jarang kita menemukan budaya yang malu, ramah, sungkan, toleran, dan tidak mudah marah. Kehidupan yang mengikuti arus modernisasi dan globalisasi sangat kompleks, tetapi sikap gotong royong, yang merupakan ciri khas Indonesia, jangan sampai membuatnya kehilangan identitasnya sebagai negara yang kaya akan nilai budayanya. Dengan mengutamakan kepentingan bersama, perspektif gotong royong mengandung nilai moral, yaitu rasa ikhlas untuk berpartisipasi, berkolaborasi, dan saling membantu. Dengan demikian, perspektif gotong royong akan menghasilkan peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Kehidupan di pedesaan maupun diperkotaan, sikap gotong royong memiliki tujuan yang sama: menghubungkan orang satu sama lain dan mengurangi kesenjangan sosial yang ada di antara penduduk. Akan tetapi, kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki dampak yang signifikan terhadap tradisi gotong royong. Dengan masuknya masa yang lebih modernisasi dan globalisasi, budaya dan tradisi Indonesia mungkin akan tertutup oleh budaya Barat dan buda asing jika Indonesia sendiri tidak melestarikan mereka. Fenomena ini pasti akan mempengaruhi sistem nilai moral negara dan perkembangan sosial budaya, terutama perilaku individu.Integritas pendidikan moral menjadi tanggungjawab seluruh elemen masyarakat tanpa terkecuali, sehingga nilai-nilai moral dapat terus terjaga,

Bagaimana kita mengetahui manfaat integritas? Beberapa manfaat integritas antara lain adalah Integritas secara fisik dapat meningkatkan kesehatan dan kebugaran seseorang. Dalam situasi seperti ini, seseorang dapat memulai aktivitas dan pekerjaan sehari-hari dengan baik. Integritas Intelektual dapat membantu mengoptimalkan kinerja otak seseorang sehingga mereka dapat membuat keputusan yang lebih strategis dengan menggunakan lebih banyak pertimbangan. Integritas Emosional dapat memberi seseorang rasa solidaritas yang kuat dalam interaksi kerja, motivasi, dan empati. Integritas Mental membuat seseorang lebih cerdas dalam memaknai s Melakukan kerja sama dengan seseorang untuk menyelesaikan tugas atau kegiatan yang membutuhkan kolaborasi dan kohesi.

Dokumen Humas UPNVJ
Dokumen Humas UPNVJ

Pada dasarnya, setiap orang harus memiliki integritas sebagai bentuk tanggung jawab, baik dalam hal tugas, pekerjaan, atau aktivitas sehari-harinya. Salah satu kualitas terpenting yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah integritas. Ini adalah konsep yang mencakup perilaku, nilai, metode, sarana, prinsip, harapan, dan integrasi berbagai hasil. Orang yang memiliki integritas didefinisikan sebagai seorang yang memiliki kepribadian yang tegas dan jujur. "Integritas" berasal dari kata latin "integrate", yang berarti apa yang disebutkan di bawah ini:

  • Nilai dasar untuk berinteraksi dengan diri sendiri sebagai nilai moral, sikap tegas untuk menolak korupsi, dan prinsip
  • Kualitas, sifat, atau kondisi yang menunjukkan kelompok yang utuh memiliki potensi dan kemampuan untuk mengkomunikasikan kejujuran, otoritas, dan kewibawaan.

Ketika seorang berkomitmen untuk melakukan apa yang mereka katakan dan melakukan apa yang mereka katakan, integritas ini meningkat. Tanpa integritas, kita akan kehilangan kepercayaan orang lain karena orang lain menghindari mengecewakan kita. Integritas adalah sikap yang jujur dan menunjukkan kepatuhan yang konsisten dan tanpa kompromi terhadap prinsip, nilai, dan etika yang kuat. Integritas terjadi ketika tindakan seseorang sesuai dengan prinsip, nilai, dan kepercayaan yang mereka ajarkan. Sederhananya, orang yang tulus hanya ditunjukkan oleh tindakan dan kata-kata mereka, bukan oleh mereka yang tidak bisa berkata apa-apa. Orang yang tulus tidak memiliki banyak wajah dan rupa karena minat dan motivasi pribadi.

Aniek Irawatie

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun