Sejarah matematika dewasa ini banyak dilupakan oleh para guru, padahal hal tersebut merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru. Pentingnya sejarah matematika bagi guru, bukan semata-mata karena sejarah matematika sebagai cabang salah satu matematika, melainkan sejarah matematika langsung maupun tak langsung mempengaruhi pembelajaran matematika. Apalagi jika kita membaca biografi tokoh-tokoh ilmuwan matematika yang mempunyai rasa ingin tau dan selalu berinovasi dalam memberikan kontribusi dalam dunia matematika.
Contoh tokoh matematika yang akan penulis paparkan adalah Carl Frederik Gauss. Carl Friedrich Gauss mulai masuk sekolah dasar saat berusia tujuh tahun. Gurunya, Büttner, terkejut saat Gauss dengan seketika dapat menjawab jumlah bilangan asli 1 hingga 100. Ia masuk akademi Brunswick dan di sana secara mandiri berhasil menemukan hukum Bode, teorema binomial, rata-rata aritmetik dan geometrik, hukum kebalikan kuadratik, dan teorema bilangan prima.
Gauss Tahun 1795, ia melanjutkan ke Universitas Göttingen. Tahun 1798 ia meninggalkan Göttingen tanpa gelar, namun dengan prestasi yang gemilang tentang konstruksi segi-17 beraturan dengan penggaris dan jangka. Temuan ini diterbitkan dalam Disquisitiones Arithmeticae, bagian VII pada tahun 1801. Gauss kembali ke Brunswick, dan menyelesaikan studi sarjana di Universitas Helmstedt dengan disertasi mengenai Teorema Fundamental Aljabar.
Saat bulan Ceres ditemukan posisinya oleh Zach tahun 1801, ini telah diprediksi dengan baik oleh Gauss lewat metode aproksimasi kuadrat terkecil. Ia banyak menulis mengenai astronomi hingga tahun 1817 karena banyak menghabiskan waktu di observatorium. Namun ia juga masih menghasilkan banyak karya di bidang lainnya, termasuk Disquisitiones generales circa seriem infinitam, tentang deret dan fungsi hipergeometrik. Tahun 1820, Gauss begitu tertarik dengan geodesik. Antara tahun 1820 hingga 1830, Gauss telah menerbitkan lebih dari 70 makalah. Sejak tahun 1820, Gauss juga telah tertarik dengan eksistensi geometri non-euclidean, namun tidak mempublikasikannya.
Gauss juga tertarik dengan geometri differensial dan menerbitkan Disquisitiones generales circa superficies curva (1828). 26 Tahun 1832, Gauss dan Weber menyelidiki teori magnetisme terestrial. Hingga tahun 1840, ia telah menerbitkan tiga buku mengenai subjek ini. Gauss dan Weber juga menemukan banyak hukum fisika dan diterbitkan dalam kurun 1836-1841. Gauss terkenal karena kesabarannya. Ia seringkali telah mengetahui suatu metode atau masalah tetapi tidak merasa perlu mempublikasikannya, bahkan amat menghargai matematikawanlain yang menemukannya kembali.
Dalam masa akhir hidupnya, Gauss banyak berkecimpung pada masalah praktis.Ia meninggal pada 23 Februari 1855 saat tidur paginya.Carl Frederik Gauss menyatakan bahwa matematika adalah “ ratunya ilmu pengetahuan” kalimat tersebut seperti bermakna bahwa matematika layaknya seorang ratunyang berkuasa dan mempunyai pengaruh layaknya seorang ratu yang berkuasa dan berpengaruh sangat kuat bagi kemajuan disiplin ilmu lainnya, tapi ironisnya matematika yang begitu diagungkan ini cenderung tidak disukai oleh sebagian besar pelajar di Indonesia .
Pernyataan tersebut diungkapkan piula oleh Wahyudin (Restiani:2010:3)bahwa hingga saat ini matematika merupakan mata pelajaran yang dianggap sukar oleh sebagianbesar siswa yang mempelajari matematika dibandingkan mempelajari mata pelajaran yang lainnya
Hujono ( dalam Cahyani ,2007:2)menyiratkan [enyebab dari sikap negatif siswa terhadap matematika tersebut diakibatkan karena matematika merupakan ide abstrak yang tidak dapat dipahami begitu saja dipahami oleh siswaDienes ( dalam jaenudin ,2008:3)mengemukakan bahwa konsep matematika dapat dipelajari dengan baik bila representasinya di mulai dengan benda-benda yang kongkrit yang beraneka ragam. Sedangkan Russefendi ( dalam jaenudin, 2008:3) mengemukakan bahwa salah satu peran penting dalam mempelajari matematika adalah memahami objek langsung matematika yang bersifat abstrak, seperti : fakta, konsep atau prinsip. Untuk mencapainya diperlukan benda-benda konkret untuk membantu memahami ide – ide matematika yang bersifat abstrak tersebut.
Syaban (2003) mengemukakan bahwa pembejaran matematika dalam kurikulkum Indonesia menyiratkan dengan jelas tujuan yang ingin di capai yaitu kemampuan memecahkan masalah ( problen Solving ), kemampuan berargumentasi (reassoning), kemampuan berkomunikasi(communication, kemampuan membuat koneksi (connection) dan kemampuan representasi (representation). Kemudian Vergnaud (dalam Cahyani,2007:12) menyatakan bahwa representasi merupakan unsur yang penting dalam teori belajar mengajar matematika tidak hanya karena memakai sistem simbol yang penting dalam matematika dan kaya akan kalimat dan kata, tetapi juga untuk dua alsan penting, yaitu :
- Matematika mempunyai peranan penting dalam mengonseptualisasikan dunia nyata
- Matematika mempunyai homomorphis yang luas, yang merupakan penurunan dari struktur hal-hal yang pokok.
Dua alasan tersebut menjelaskan bahwa representasi matematis sangat berperan untuk merubah ide abstrak menjadi konsep yang nyata, misal dengan gambar, simbol,kata-kata, grafik dan lain-lain. Selain itu matematika dapat memberikan gambaran yang luas tentang analogis konsep dari berbagai topik yang ada. Ini menunjukkan kemampuan representatip matematis sangat diperlukan oleh siswa dalam memahami matematika.
Dengan demikian kita sebagai guru matematika marilah mengubah proses pembelajaran dari paradigma lama menuju paradigma baru, dengam prinsip pembelajaran matematika yaitu learning to do, to be dan to live together serta menggunakan metodhe pembelajaran,strategi pembelajaran, tekhnik dan taktiknya selanjutnya mempersiapkan bahan ajar yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Dilihat dari esensi kurikulum 13 yang menerapkan proses belajar mengajar dengan pendekatan saintifik dengan sistem penilaian autentik, mudah-mudahan merupakan awal pencerahan bagi dunia pendidikan di Indonesia menuju pembelajaran abad ke 21.