Mohon tunggu...
Yedija Luhur
Yedija Luhur Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Photographer

Based on Jakarta Greater Area i'm a full time photographer, specialized in portrait and company profile. also doing content creation at social media platform, website, and blogging.

Selanjutnya

Tutup

Seni

Makna Sebuah Foto

7 Mei 2024   10:00 Diperbarui: 7 Mei 2024   10:07 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Foto yang menjadi ilustrasi

Seringkali foto yang berubah menjadi "gambar ilustrasi" tercipta karena ketidakmampuan kita untuk bisa mengalami hal tersebut, dan sebagai copping mechanism kita, yaitu menciptakan ilusi seolah2 kita sudah mengalami hal tersebut. Bisa dalam bentuk audio, visual, maupun hipnotis.

Aku beri contoh lebih jelasnya. Misalkan kalian ingin sekali jalan-jalan ke jepang, dan karena tidak bisa / tidak mampu / belum mampu mendapatkan hal tersebut, kita mengedit foto kita seolah2 di jepang, entah dengan metode tempel foto, ataupun dengan ilustrasi / lukisan untuk menyenangkan diri sendiri, maupun memamerkan ke ruang publik. Ata bisa saja memiliki seorang idol, dan membeli semua merchandise, poster, dan membayangkan bagaimana jika hidup bersama idol tersebut, seperti yang ada di fenomena kpop, waifu pada wibu, dan masih banyak sekali contoh lainnya.

Sama hanya dengan foto diatas, yaitu mungkin klien tersebut tidak memiliki kesempatan untuk berpesta dengan meriah, mungkin keterbatasan budget, mungkin juga karena jarak (karena aku pernah mendapatkan klien yang mau foto prewedding dan tujuannya untuk ditempel dengan foto pasangannya yang berlokasi di pulau yang berbeda dan cukup terpencil sehingga tidak memungkinkan untuk foto berbarengan pada saat itu). Dan masih banyak lagi kemungkinan lainnya. Maka dari itu klien mewujudkannya dalam bentuk foto yang diedit dan ditempel.

Jika foto diatas adalah hal konkrit dan tangible yang bisa kita lakukan, tetapi hal yang lebih abstract dan liarnya mungkin hanya terdapat di dalam pikiran, maupun mimpi kita.

"Beauty is in the eyes of the beholder"

Makna dari peribahasa tersebut adalah, sebuah keindahan itu tergantung oleh siapa yang melihat. Jika konsep tersebut di aplikasikan ke editan foto diatas, maka tiap orang pasti memaknai foto dengan berbeda-beda. Netizen biasa yang hanya melihat visual, sang editor, model yang diedit, pasti memiliki sudut pandang yang berbeda-beda. Kita sebagai penikmat mungkin hanya bisa berkomentar saja, tapi berbeda dengan pelakunya.

Itulah keindahan sebuah foto / gambar / produk visual karena bisa multi interpretasi. Apalagi jika tidak terdapat caption & konteks apapun seperti dalam postingan yang viral tersebut. Kita tidak tahu konsepnya sedang bercanda kah, serius untuk komersial kah? atau hanya untuk have fun saja. Bukan tugas kita untuk menjudge nya.

Terlepas dari itu semua bukan berarti ada yang benar dan salah, dan semuanya memiliki tujuan masing-masing orang. Bisa saja sang editor tersebut hanya berlatih saja, dan kebetulan viral. Bisa saja sebenarnya orang yang berbeda, tapi seolah2 dinarasikan foto yang sama, dan masih banyak lagi kepentingan kepentingan di baliknya.

Sekian dulu artikel ku kali ini dan maafkan atas kerumitan kata-kataku.jika kalian ada pendapat, atau tidak setuju, atau ada yang mau menambahkan, bisa tulis di kolom komentar ya :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun