Mohon tunggu...
Yedija Luhur
Yedija Luhur Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Photographer

Based on Jakarta Greater Area i'm a full time photographer, specialized in portrait and company profile. also doing content creation at social media platform, website, and blogging.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Penetrasi Istilah Baru dalam Bahasa Indonesia

25 April 2024   10:16 Diperbarui: 25 April 2024   10:22 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurutku memaksakan untuk menggunakan istilah2 diatas dalam bahasa kita itu sangat tidak mungkin karena bahasa merupakan kesepakatan dan berjalan secara organic.

Jika kita berandai untuk memaksakan menggunakan full 100% bahasa indonesia pun untuk istilah2 diatas, aku sangat yakin tidak akan bisa bertahan lama, karena sifat dari bahasa itu sendiri, yaitu jika hanya digunakan di local are saja, pasti perlahan lama akan hilang dengan sendirinya. Sudah banyak sekali kasusnya, menurut salah satu sumber, indonesia memiliki 715 bahasa daerah atau bahkan lebih. Tetapi kenyataanya, hanya segelintir saja bahasa yang digunakan sehari-hari.

Dalam lingkup yang lebih besar lagi, Bahasa indonesia sebagai lingua franca nya nusantara pada saat ini, jika hanya digunakan di dalam negeri saja, sudah pasti akan "hilang" dengan cara berasimilasi dengan bahasa lainnya, terutama bahasa inggris. Jika tidak mau dikatakan hilang, mungkin kata yang lebih halus untuk menyebutnya adalah berevolusi.

Jika kita memang berniat untuk mempromosikan bahasa Indonesia untuk bisa digunakan secara nasional dan menyeluruh, dengan menghilangkan istilah2 bahasa inggris, satu-satunya cara adalah dengan meng"impor" bahasa indonesia (bahkan kata2 impor sendiri adalah dari bahasa inggris import). Dengan cara apa?

Belajar dari bagaimana bahasa inggris bisa menyebar ke seluruh penjuru dunia, yaitu dengan expansi, penjajahan, dan perbudakan, itu merupakan salah satu cara, tetapi di jaman modern ini, akan sangat sulit karena membutuhkan resource yang sangat besar, terlebih lagi di era globalisasi ini, perang fisik sudah hampir tidak mungkin seperti dahulu lagi dikarenakan semua negara sudah terkoneksi dan saling ketergantungan.

Yang bisa kita lakukan, adalah menggunakan cara-cara "soft" seperti yang sudah aku tulis diatas, yaitu dengan pendekatan seni dan literasi. Research dan Development menjadi tulang punggung utama untuk bisa meng'export' bahasa indonesia. Melalui Jurnal ilmiah, buku, dan karya literasi lainnya. Tantangan disini tentunya adalah "Bagaimana membuat orang yang tidak berbahasa indonesia sampai rela belajar bahasa indonesia untuk bisa membaca researh paper tersebut" dan itu adalah tugas yang sangat2 berat. Apalagi jika melihat pendidikan yang rata-rata masih rendah, serta budget untuk R&D di indonesia sangatlah kecil.

Cara yang termudah adalah, melalui seni musik seperti yang dilakukan korea/jepang. Tetapi tentunya pelaku-pelaku seni sangat butuh didukung oleh pemerintah. Jika aku ambil contoh, sama dengan cara thailand mempenetrasi budayanya, melalui makanannya.


Berkaca dari argumen ku diatas, bagaimana masa depan bahasa indonesia dan bahasa di dunia secara keseluruhan ?

Menurutku Bahasa indonesia merupakan salah satu contoh yang sudah cukup berhasil menjadi lingua franca dari bahasa-bahasa lokal di nusantara yang berjumlah ratusan bahkan mungkin ribuan tersebut. Bahasa indonesia tidak akan hilang dalam waktu dekat selama bangsa indonesia masih ada, justru bahasa-bahasa lokal yang kemungkinan besar akan hilang, apalagi jika tidak memiliki written language nya, apalagi jika generasi tua tidak mewariskan ke anak cucunya. Karena tantangan terberatnya adalah selain mewariskan, juga memberikan "nilai" untuk orang yang bisa memahami bahasa tersebut.

Dari beberapa sumber yang aku pernah baca dan lihat, fenomena asimilasi bahasa dan hilangnya bahasa lokal ini terjadi di seluruh dunia, bukan hanya di indonesia saja. bahkan di Jepang, gen Z nya sekarang banyak sekali memakai kata serapan alih2 menggunakan bahasa mereka sendiri dengan kanji dan hiragana nya.

Bahasa melayu lebih parah lagi karena makin sedikit yang menggunakan. Khususnya anak-anak kecil di singapore, sekarang sudah belajar bahasa inggris atau bahasa mandarin saja. Bahasa melayu sebagai mother tongue mulai ditinggalkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun