Assalamualiakum Warrohmatullohi Wabarrokatuh.
Waahhh... ini sih namanya lama banget gak nulis di Kompasiana. Pas buka, eehhh nemu topik yang kebetulan aku sendiri mengalaminya. Namun, anakku seorang santri Madrasah Ibtidaiyah kelas 6. Bukan Santri yang mondok pesantren.Â
Inginnya sih nanti di tingkat SMP dia bisa masuk pesantren biar tambah mandiri. Ehh tapi dia gak mau jauh-jauh dari Mamanya katanya dia gak bisa ninggalin Mamanya sampai selama itu. Akhirnya dia masih akan memilih sekolah Islam untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya.
Dulu aku pernah mempunyai pandangan bahwa anakku akan mengikuti sekolah swasta Umum atau sekolah negri dengan harapan dia akan mudah dalam banyak hal terutama dalam hal pekerjaannya, kemandiriannya, pola pikirnya.Â
Setelah menjalani Sekolah di Sekolah Madrasah Ibtidaiyah, Qodarulloh dalam jangka waktu 2 tahun saja aku banyak tertampar oleh sikap anakku sendiri. Ternyata yang aku butuhkan bukan kebutuhan dunia saja.Â
Tapi setelah aku tiada nanti, mereka masih mengangkat tangan dan berbisik "Ya Allah,ampuni segala dosa Ibu dan Ayahku". Â Pandanganku berubah, aku menginginkan anak-anak yang bisa mendo'akanku setiap hari ketika aku tiada nanti. Menjadi bekalku di Akhirat.
Karena pada dasarnya dia adalah anak yang unik, dia sering bertanya banyak hal padaku tentang segala hal. Berawal dari bertanya sebuah roket yang tak hancur menabrak lapisan pelindung bumi,sedangkan meteor akan hancur jika menabraknya. Hingga dia mengubah seluruh tujuanku, dan pandanganku melalui pemahamannya.Â
Dia memperbaiki caraku berpakaian yang awalnya serba minim, hingga dia mengajariku banyak do'a yang digunakan sehari-hari. Tidak hanya itu, di usianya yang sekarng remaja, dia menghormati bahwa wanita harus dijaga dengan tidak sembarangan menyentuhnya.Â
Dia menjagaku seperti memperhatikan apa yang aku lakukan berjaga-jaga aku masih pecicilan kali yeee (hehehehe...).  Aku yang dulu tidak peduli bersalaman dengan siapapun entah itu laki-laki atau perempuan, mendengar dia berkata seperti itu menjadi haru dan mulai tergusur,terjumpalik,gugulutukan harus mengimbangi ilmu agamanya walaupun aku sendiri harus belajar lagi.
Pernah sekali waktu saat hendak tidur, mungkin karena dia melihatku yang cukup lelah dengan pekerjaan rumahku sehingga aku yang kurang banyak tersenyum hari itu, dia datang dengan wajah lucunya dan berkata "apa persamaan Mama dan Bintang?". Aku yang heran kenapa dia tiba-tiba berbicara aneh. Lalu dia berkata lagi "Bintang menyinari dunia, Sedangkan Mama menyinari Aa". Eeeeaaaaaa....wkwkwkwkwkwkwkwk....... dengan bantal aku menimpuknya, sambil tertawa terkekeh bersama. Dia bilang, Mama dari pagi kurang ceria,jadi Aa gombalin Mama.Â
Jika sebuah gombal itu biasa untuk anak-anak muda jomblo yang ada di luar sana. Untukku gombalannya luar biasa. Karena aku tau dia memang anak yang romantis dan tau kondisi Ibu nya sedang cemberut atau sedang bahagia.Â
Di MI, kelas Ikhwan dan Akhwat itu dipisah. dan interaksi diantara mereka dibatasi. Dia pun jarang berinteraksi dengan perempuan kecuali saudara-saudara sepupunya dia. Jika bertemu dengan siapapun,dia akan tersenyum manis sambil sedikit menunduk dan jarang memandang mata lawan bicaranya.
Menurutku, seorang santri berperan penting dalam menjaga nilai kemanusiaan. Menghormati perempuan saat ini menjadi hal yang sulit. Semakin marak KDRT yang dilakukan seperti salah satu kasus yang belakangan viral. Jika anak-anak kita dibekali ilmu agama yang baik,dan mereka bisa mengimplementasikannya,maka mereka akan memahami betapa Islam sangat menghormati perempuan dan hal itu akan terbawa hingga mereka dewasa.Â
Di bidang lain, para santri sebenarnya diajarkan untuk berdagang yang artinya harus bisa berdiri sendiri, bayangkan jika banyak diantara mereka yang berhasil berdiri sendiri,Insya Allah mereka dapat membuka lapangan kerja yang banyak,aamiin.Â
Selain itu, mereka diajarkan untuk menyelesaikan masalah dengan cara "tabayun" artinya jika ada masalah,mereka harus bisa bermusyawarah dengan baik, menghindari adanya hoax yang akan berujung fitnah. Seandainya hal baik ini dapat diimplementasikan oleh para santri,betapa damainya kegiatan musyawarah.Â
Jangan lupa,terkadang kita menginginkan anak-anak kita soleh solehah, tapi diri kita sendiri tidak mau berjalan mendekat dengan kebenaran. Soleh dan Soleha adalah Bonus, sebagai Ikhtiarnya kita sebagai para orang tua juga memperbaiki diri,memperbaiki niat, agar apa yang kita harapkan menjadi Allah kabulkan.
Semoga, Santri-santri Indonesia semakin maju. Semoga kita semua bisa saling mendukung satu sama lain, sehingga menciptakan generasi-generasi kuat imannya, Aamiin Allahumma Aaminn.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H