Mohon tunggu...
Cahyani Yusep
Cahyani Yusep Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ani

Sederhana dan suka mempelajari hal hal yang baru

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Memilih IUD Pasca SC

1 Februari 2020   13:08 Diperbarui: 1 Februari 2020   13:17 828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: s3.amazonaws.com

Jika mengingat melahirkan, rasanya masih cenat cenut aja nih. Hehehehe... 

Tau gak, sebenarnya dulu sempat punya angan-angan, aku ingin memiliki anak sampai 5 atau 6 orang. 

Kan rame tuh ya, di rumah pasti ribut dan seru banget pokoknya. Ada yang lempar-lempar mainan, ada yang corat-coret lantai, dan lain-lain. Ehh kok jadi ngomongin ini. 

Menurutku pengalaman menjadi Ibu hamil itu luar biasa. Mulai dari mual, males makan, sakit badan segala rupa, sampe kenaikan berat badan.  Itu tuh sangat menyiksa. 

Bahagianya, karna ada yang sedang kita perjuangkan. Ada makhluk yang hidup di dalam rahimku yang Allah titipkan, dan Allah percayakan. Makanya jadi semangat tuh. Mau mual, mau sakit badan, tetep dijalani dengan sabar. 

Dua kali mengandung, dan dua kali pula SC. Kok bisa?  Ya bukan kepengen sih. Kepengennya sih melahirkan dengan metode Vaginal bukan SC. Tapi Allah berkehendak lain. Daripada keukeuh-keukeuhan pengen Vaginal tapi membahayakan nyawa si janin atau Ibu nya, ya akhirnya kita ambil yang dikira aman untuk Ibu atau Bayinya. Bukan gaya gayaan ya. 

Pasca melahirkan, kata dokter aku dilarang hamil selama minimal 2 tahun. Untuk menghindari adanya robekan pada rahim jika terjadi kehamilan dibawah rentan 2 tahun pasca SC. 

Bingung kan ya, harus memilih alat kontrasepsi seperti apa yang cocok untukku ini. 

Awalnya nanya ke bidan terdekat, beliau memberikan 3 pilihan. Ada Pil KB,Suntik KB (1 atau 3 bulan sekali), terakhir dia tawarkan IUD. Hanya saja beliau tidak menawarkan implan di tangan. Dan aku saat itu nyoba pakai Pil KB dulu. Saat itu ada pil KB yang Ibu menyusui boleh mengonsumsinya. 

Baru tiga hari mengonsumsi pil KB, rasanya perutku mual-mual, lemas, seperti orang yang sedang hamil. Mata jika melirik dengan gerakan yang cepat akan membuat aku oleng. 

Aku berkonsultasi lagi pada Bidan, dan beliau menjawab bahwa semua KB akan cocok-cocokan. Nah, saat itu Bidan langsung mengambil suntikan KB yang sebulan sekali. Lalu dia menyntikannya kepadaku. 

Sekilas tak ada efek yang signifikan, setiap bulan aku pun masih merasakan haid. Namun rasanya saat haid adalah darahnya yang seperti tersendat sendat. Seperti dipaksa harus haid. 

Yang ku dengar suntik KB adalah salah satu KB yang mengganggu hormon kita sebagai wanita. Jika suntikan nya itu 3 bulan sekali, banyak wanita yang mengeluhkan tidak haid, bahkan kesulitan menurunkan badannya. 

Aku saja yang mencoba suntik satu bulan sekali saja selama 6bulan, darah haid yang keluar rasanya tak lancar. Warnanya menjadi lebih gelap dari biasanya.

Kemudian aku bertanya pada Dokter Spesialis Kandungan, KB apa yang cocok untukku yang tidak mempengaruhi hormon, atau tidak berpengaruh pada kondisi ku yang mual jika meminum Pil KB. 

Dokter merekomendasikan  IUD sebagai kontrasepsi di dalam rahim yang cukup aman tanpa mempengaruhi hormon kita. 

Akhirnya aku menjatuhkan pilihanku pada IUD. Untuk 1 tahun pertama, aku kontrol posisi IUD tersebut melalui USG bersama Dokter Kandungan ku. Selanjutnya hanya kontrol setahun sekali saja. 

Rasanya?  Seperti tidak menggunakan apapun di rahim. Aku pun tetap bisa angkat angkat galon, atau melakukan aktifitasku tanpa halangan. 

Sakit saat haid?  Aku rasa itu hal yang menurutku biasa terjadi pada umumnya Wanita. Sakit pun tidak sesakit melahirkan. 

IUD gak ada risikonya?  Tetep ada. Semua hal tetap punya Risiko. Sperti disebutkan tadi, sakit saat haid, dan jangka waktu haid lebih panjang (7-10hari), menurutku masih normal. Namun jika sampai sering pendarahan, sakit perut bagian bawah dalam kondisi tidak haid, kita harus waspada. Berarti gak cocok tuhhh. 

Sampai saat ini,  IUD menjadi kontrasepsi andalanku. Dan tidak mengubah apapun dalam kondisi percintaan kami. Jiaaaaaahhhh hahahahaha... 

Jikaa ditanya haruskah Laki-Laki yang di berikan KB? Hmmm... Klo menurutku, selama aku bisa mengatasi jarak kehamilan dengan aku yang berKB, sepertinya suamiku tak perlu aku suruh berKB. 

Dan seberapa besar pengaruh KB dalam kehidupanku?  Menurutku,  kami terbantu untuk mencegah adanya robekan rahimku pasca SC. Sambil menunggu rahim siap untuk menampung janin berikutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun