Mohon tunggu...
Cahyani Yusep
Cahyani Yusep Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ani

Sederhana dan suka mempelajari hal hal yang baru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Antara Cinta Kita dan "Si Dragon"

15 Januari 2020   12:23 Diperbarui: 15 Januari 2020   14:20 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ini hanya ilustrasi yang diambil dari Bukalapak. com

Udah gitu beruntung masih pegang uang sisa uang tadi untuk beli oli. 

Dan kejadian ini tuh udah sering banget kita lalui: Kalau nggak olinya cepet habis, ya bannya bocor melulu, karena yang naik kan "gajah" Hehehe... Suamiku gendut. Jika motornya saja kewalahan menopang badannya, lantas jika ditambah berat badanku, tentu saja jadi sering bocor.

Kami sering jalan berdua sambil dorong motor bocor. Diliatin banyak orang anjirrr, maluuu. Hahahaha... 

Main ke mal kalau kita emang lagi ada rezeki lebih. Sisanya kita nongkrong di Sop Buah Oyen Buah Batu, atau nasgor daerah sana.

Porsinya mantap donk! 20 ribu bisa 2 porsi. Atau sekadar makan buryam bersama di sore hari sekitaran Sindanglaya. Lumayan buat kami yang saat itu bokek.

Sekali waktu si Dragon sampai standarnya copot di depan orang banyak. Huaaaaaaaa..... Sumpah sebenernya kita malu banget. Tapi akhirnya kita ngakak berdua nutupin rasa malu. 

Gimana lagi, "missqueen" banget yak. Bukannya nyicil motor baru gitu ya. Tapi bukannya nggak kepengen, tapi kebutuhan kami masih banyak. Saat itu aku masih kuliah juga. 

Sepanjang jalan kalau kita dorong si Dragon, aku selalu menggerutu "gimana sih mas?"

Tapi kami selalu tertawa terbahak-bahak. Biarlah diledekin orang. Kalau suami pulang dan tetangga dengar suara khas Dragon dengan suara ketiknya, mereka mengembangkan pipi atau bertingkah tangan yang sedang mengetik. Alhamdulillah kami tidak pernah sakit hati.

Waktu cepat berlalu, Allah karuniai kami Rizki yang cukup mengembangkan konveksi. Berjuang dengan orang-orang yang baik.

Tak lupakan pekerjaannya dulu, suamiku tetap di sana, karena jiwanya masih terpanggil di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun