Mendidik anak bukan hanya tugas dari Ibu saja. Â Ayah harus turut serta dalam mendidik anak. Â Namun bagaimana jika Ayah sangat sibuk? Suport yang diberikan Ayah pada Ibu sangatlah berarti.Â
Saya akan mengambil contoh kasus yang terjadi dan sangat sering membuat para Ibu tertekan.Â
Sy memiliki 2 anak yang berbeda karakter,  yang satu kalem banget. Apapun yang saya katakan,  maka dia akan menurutinya. Apapun  yang saya minta kan, maka dia akan memenuhinya. Semenjak kecil mengurusnya menjadi hal yang sangat mudah dijalankan kecuali detik-detik Ia sekolah. Itu pun menjadi mudah, karna guru sekolahnya bertanggungjawab penuh atas tangisannya jika sekolah. Kini,  Ia terlihat lebih dewasa dan membuat sy suka dengan sikapnya.Â
Anak sy yang lain bersuka 2 tahun, sifatnya yang agak keras membuat sy memutar otak bagaimana mengendalikannya ketika Ia keras kepala, ataupun menangis.Â
Salah sedikit saja, Dia akan menangis dan tentu saja tidak dilakukan hanya sebentar. Dia bisa menangis hingga 1 jam lamanya. Jangankan ditenangkan dengan gendongan, dipeluk saja tidak mau. Rasa sulit menenangkannya tak jarang membuat saya jadi stres ketika itu. Mungkin terasa sedikit emosional,  atau menjadi ingin melakukan  hal yang salah (memukul, pergi,  atau sebagainya).Â
Apa yang menyebabkan saya menjadi tidak enjoy ketika dia menangis.Â
1. Sudah menjadi tradisi, seorang nenek dan kakek sayang gak karuan pada cucu. Sekalipun cucunya harus diajari, maka merekalah yang menjadi pion utama dalam melindungi cucu mereka.Â
2. Cibiran orang-orang sekitar melihat pola didik saya. Padahal mungkin saja mereka tidak mengerti maksud saya.Â
Mari kita bedah satu per satu.Â
Kakek dan Nenek anak-anak saya bersebelahan rumahnya. Ketika ada anak saya menangis, hal yang paling pertama kali mereka ucapkan adalah saya tidak becus dalam mengasuh anak. Padahal mereka tidak melihat apa yang sudah saya usahakan agar anak saya berhenti menangis.Â
Bukan hanya itu, kerap kali saya menjadi berita acara di keluarga karna saya tidak berpotensi dalam mendidik anak. Anak nangis sampai kejer, saya hanya bersikap tenang dan bukanya menggendongnya atau mengalihkannya, dan sebagainya. Anak yang nangis lama-lama nanti sakit, terus demam, atau nanti jadi turun berok.Â
Hal-hal itu selalu diutarakan ketika anak saya nangis. Dan yang paling merasa miris adalah ketika anak saya sedang menangis, mereka datang bukan memberikan saya support, tapi justru melemahkan mental saya dengan tuduhan-tuduhan yang tidak jelas.Â
Lalu apa yang saya lakukan ketika anak saya yang sulit berhenti jika menangis?Â
Saya bukan psikolog, saya bukan dokter, dan saya bukan ahli dalam mendidik anak. Tapi harus saya pastikan  untuk yang pertama kali saya lakukan adalah tetap bersikap TENANG.Â
Jangan dikira mudah. Mendengar hujatan orang lain terkadang sangat berpengaruh pada tindakan kita. Tak jarang saya panik ketika anak saya menangis.Â
Hal yang pertama kali terbayang adalah kemarahan kakek dan nenek anak anak. Yang terbayang adalah sikap mereka dan ketidakbijaksanaannya dalam menilai saya.Â
Berusaha tenang dalam situasi saat itu sangat sulit. Sangat sangat sulit. Lalu apa agar saya bisa tenang? Â Saya pergi ke kamar mandi, saya cuci muka saya, dan minum air putih, serta menarik nafas sejenak.Â
Lalu menghampiri anak saya lagi dan berusaha lagi menenangkannya. Menutup telinga saya ketika ocehan itu terdengar. Dan tetap beristighfar.Â
Pesan saya untuk para Ibu. Jangan pernah dengarkan apapun yang orang lain ucapkan tentang kita. Jangan lakukan kekerasan pada anak-anak yang dipicu orang lain. Saya yakin semua Ibu yang normal (tanpa gangguan kejiwaan) sebenarnya tidak ingin memukul anaknya jika tidak dalam kondisi stres, malu, Â dan terintimidasi.Â
Jangan pernah membuat orang lain menang dalam pola asuh yang akan merusak didikan kita sendiri. Tetap sabar dan tutup telinga, ketika banyak orang lain menghujat kita. Banyak belajar dan buang sistem buruk yang dilakukan turun-temurun untuk generasi yang cerdas.Â
Banyak pelajari bagaimana cara mendidik anak dengan benar, dan kesalahan-kesalahan apa yang fatal dalam mendidik anak. Itu pun akan menuai reaksi tak baik bagi orang orang yang tidak memahaminya. Dan kuatkan kedekatan kita kepada Allah, karna syetan tak suka melihat Ibu yang kuat.Â
Dimana peran Ayah?Â
Ayah, kami butuh bantuanmu menenangkan kami ketika kami gundah. Berikan kami support yang sangat berarti, dan kepercayaan tanpa batas dalam mendidik anak. Bantu pekerjaan rumah tangga kami agar lelah kami  berkurang dan kami dapat mendidik anak-anak kami dalam kewarasan yang banyak.Â
Bantu kami dalam membentuk karakter anak. Menyamakan Visi dan Misi, agar kita berdua dapat mendidik anak-anak kita jauh lebih baik dari generasi sebelumnya.Â
Untuk semua para Ibu, tetap semangat dan tetap Optimis dalam melakukan tugas kita mencetak generasi yang berkualitas.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI