Mohon tunggu...
A.Sha
A.Sha Mohon Tunggu... Lainnya - Dreamer

Jalinan titik demi titik akan terlihat menjadi garis dan satu gambaran utuh di kemudian hari

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Kepala-kepala yang Meledak

3 Juni 2024   04:04 Diperbarui: 7 Juni 2024   21:25 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Kepala kunang-kunang. (Sumber: Pixabay/Couleur)

Hari itu bahkan bukan perayaan pesta halloween dan bukan sesi memukul pinata. Namun tersuguh di hadapanku, confetti merah, putih pucat, dan abu-abu dengan penampakan yang menjijikkan. 

Satu orang, dua, tiga, kemudian seterusnya, beranjak hilang kesadaran. Terutama ibu-ibu hamil tua yang tadinya sempat meminta didahulukan saat kami bersinggungan di kasir, sepertinya hilang kesadaran dan terantuk tempat sampah di depan.

Hari itu, satu kepala pria paruh baya yang masih mengenakan jas dengan kemeja yang tampak kusut dan membawa satu cup es kopi di tangan, meledak. 

Bukan kopinya, kepalanya. Ia yang seperti itu masih meneruskan menebar kengerian ada orang-orang dengan berjalan santai tanpa beban ---lebih tepatnya beban tubuhnya berkurang sekitar satu kilo tanpa kepala. 

Semua terkena efek penonton, tak ada yang mampu melakukan apa pun kecuali menjerit atau melotot sambil memastikan satu-satunya jantung yang dipunyai tidak ikutan meledak. Memanggil ambulan? Aku bahkan tidak yakin harus berkata apa terkait kondisi bapak itu.

Sepekan, dua pekan setelahnya. Kukira dunia akan heboh membicarakan kejadian itu sebagai hal yang mengerikan. Tidak, yang punya kepala jadi sama anehnya dengan yang tidak. 

Mulai bermunculan tren yang mengkampanyekan hilangnya semua beban pikiranmu hanya dengan mengonsumsi pil stimulasi bom kepala. Head bomb? Yah begitulah bahasanya supaya terdengar wah. Bagiku malah seperti item tersembunyi dalam game yang punya efek menjerumuskan.

Aku juga tak tahu bagaimana hal ini bisa menarik di pikiran orang-orang. Belakangan riset mengenai hubungan hilangnya kepala banyak orang itu dengan tingkat stres yang melanda di negeri ini ---yang sempat porak meski sampai saat ini bukannya lebih membaik--- dilakukan. Dan, kurasa kebanyakan data-data tak logis lebih mudah untuk dikonsumsi banyak orang. 

Lingkungan yang menggila tiba-tiba ini kemudian membuatku merasa begitu asing. Aku yang sebelumnya mudah berlarut-larut saat di manapun ke dalam buku bacaan karya penulis favoritku, lantas cenderung lebih banyak merasa waswas pada setiap jengkal jalan yang kulalui saat hendak berangkat maupun pulang sekolah. Khawatir dihadang sekumpulan kelompok pendukung stimulan itu kemudian dipamerkan sebagai testimoni keberhasilan mereka. 

Apapun masalah atau beban hidup yang kamu punya, baik itu menyangkut hidup perseorangan atau kelompok, selama kamu menenggak sebutir pil stimulan itu maka kamu akan terbebas, begitu kata mereka. 

Tidak perlu takut kekurangan uang untuk makan di tengah kenaikan harga bahan pokok yang semakin melambung, tidak perlu pusing memikirkan bopeng, jerawat atau keriput di muka yang perlu perawatan bermacam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun