Akhir tahun 2019 dunia digemparkan dengan kemunculan jenis virus baru yang dikenal dengan covid-19 dan belum terdapat vaksin yang dapat mengatasinya.Â
Adanya covid-19 ini menyebabkan dampak yang besar dalam berbagai aspek kehidupan, dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, bahkan pendidikan pun tak luput mendapatkan imbas yang cukup signifikan.Â
Dunia Pendidikan cukup terguncang dengan adanya virus corona ini. Tepatnya pertengahan maret 2020 untuk pertama kalinya sekolah memulai untuk pembelajaran daring artinya meniadakan pembelajaran tatap muka yang dilaksanakan disekolah.Â
Hal ini menuntut banyak hal dari guru maupun siswa untuk dapat melek teknologi. Meski awalnya tidak memiliki kesiapan untuk melaksanakan pembelajaran daring namun seiring dengan berjalannya waktu terciptalah alur untuk pembelajaran daring dimana guru dan siswa dapat memanfaatkan aplikasi di internet dengan tepat guna.Â
Sisi lain dari pelaksanaan pembelajaran daring adalah masalah jaringan dan juga masalah kesediaan media untuk pembelajaran daring dari peserta didik.Â
Dalam mengembangkan pembelajaran karakteristik peserta didik menjadi hal utama yang harus diperhatikan. Misalnya dalam kasus ini adalah ketika peserta didik lingkungan tempat tinggal mereka tidak memiliki akses jaringan internet yang bagus maka pembelajaran daring akan terkendala pelaksanaannya.Â
Kemudian kendala lain seperti media untuk pembelajaran daring yakni tidak semua peserta didik memiliki smartphone yang mendukung untuk diisi aplikasi pembelajaran daring. Kedua hal ini menjadi polemik dimana sekolah harus mencarikan solusi agar pembelajaran tetap bisa dilakukan.
Selain kendala teknis seperti diatas maka terdapat juga kendala yang berasal dalam diri peserta didik yakni penurunan semangat belajar. Awal pembelajaran daring yang diterapkan pada pertengahan maret 2020 sering kali disalah artikan sebagai liburan sehingga pembelajaran daring pada awal-awal ini kurang begitu efektif.Â
Imbasnya adalah karena terlalu terlena dengan liburan dalam tanda petik meliburkan diri maka diakhir semester ketika mendekati waktu menerimaan rapor maka mereka panik karena  nilai mereka banyak yang kosong. Padahal guru matapelajaran seringkali mengingatkan untuk segera melengkapi tugas-tugas yang belum dikerjakan.Â
Untuk mengatasi kendala yang berasal dari peserta didik ini maka tugas besar bagi wali kelas untuk terus pro aktif mengingatkan peserta didik agar tertib dalam mengikuti pembelajaran daring dalam arti mengerjakan tugasnya juga. Tak jarang wali kelas mendapati peserta didik yang sudah berkali-kali diingatkan namun tidak respon sama sekali atau bahkan sudah mendatangi rumahnya dengan tujuan klarifikasi tugas agar segera diselesaikan namun tidak mendapatkan hasil yang berarti.Â
Nah, disini wali kelas juga membutuhkan bantuan orang tua peserta didik agar jalan buntu yang ditemui wali kelas ini bisa mendapatkan solusi yang terbaik untuk peserta didik. Penurunan semangat belajar peserta didik selama pandemi dapat berasal dari lingkungan yang membebaskan mereka untuk berkegiatan dalam kesehariannya.Â
Ketika rutinitas bersekolah yang sudah lama membangun ketertiban mulai dari bangun tidur harus mandi dulu  dan yang lainnya sampai akhirnya pulang sekolah, kini hal yang seperti itu telah terkikis dengan adanya pandemi ini. Istilah merdeka belajar yang sebelum masa pandemi menggaung dengan begitu semarak, semakin cocok diterapkan dalam masa pandemi seperti ini.Â
Namun dalam hal ini penerapannya tidaklah sesuai dengan konsep awalnya. Merdeka belajar disini diartikan peserta didik dengan tidak mengerjakan tugas apapun. Begitu jika dilihat ada sudut pandang peserta didik.Â
Mereka bebas untuk bermain game sepanjang hari, bebas melakukan hal mereka ingin lakukan dan seringkali menomerduakan tugas atau pembelajaran dari sekolah. Memang tidak semua peserta didik seperti itu. Namun itulah gambaran yang saya temui.
Kendala-kendala yang disebutkan diatas dapat diatasi dengan dengan adanya kerjasama antara sekolah, wali kelas, guru, orang tua, dan juga peserta didik.Â
Dimana mereka dapat berkomunikasi untuk menemukan titik temu yang dapat membuat nyaman belajar peserta didik sehingga pembelajaran berjalan dan juga peserta didikpun tidak tertekan.Â
Sekolah dapat mendata peserta didik yang memiliki kesulitan akses jaringan atau kendala tidak memiliki smartphone misalnya dengan memberikan handout modul yang bisa dikirim ke rumah masing-masing peserta didik atau di ambil ke sekolah dan tentunya dengan menerapkan protokol kesehatan.Â
Kemudian untuk kendala yang berasal dari peserta didik dapat diatasi dengan memulai lagi menanamkan sikap kedisiplinan yang harus dilakukan secara bertahap. Dan dalam pelaksanaanya ini perlu untuk peranan yang sangat besar untuk orang tua. Orang tua harus terus berkordinasi dengan guru agar dapat mengembalikan semangat belajar peserta didik dan mengembalikan sikap kedisiplinannya. Misal dipagi hari orang tua sudah harus membangunkan anaknya untuk mandi dan bersiap untuk mengikuti pembelajaran daring.Â
Orang tua juga wajib untuk mengontrol keberlanjutan pembelajaran daring dengan terus menanyakan tugas-tugas apa yang sudah atau belum dikerjakan. Baru setelah kewajiban mereka untuk belajar selesai maka peserta didik dapat melakukan aktivitas yang mereka inginkan dan tentunya masih dalam pantauan orang tua.Â
Sebagai guru peranannya untuk membangkitkan semangat belajar peserta didik adalah dengan memberikan pembelajaran yang bermakna dan juga menyenangkan. Sehingga peserta didik akan dapat mengikuti pembelajaran dengan hati yang senang dan juga mereka merasa nyaman. Itulah serba serbi pembelajaran pada masa pandemi seperti saat ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI