Psikologi merupakan suatu bidang ilmu yang mempelajari suatu perilaku, pemikiran, perasaan, dan proses mental manusia, termasuk kebutuhan akan pendekatan berbeda terhadap perilaku. Untuk memahami manusia secara komprehensif, psikologi tidak hanya bertumpu pada satu ilmu empiris saja tetapi juga memerlukan aspek spiritual dan sosial. Maka dari itu integrasi Islam dan ilmu-ilmu sosial merupakan pendekatan penting untuk memperluas cakupan psikologi, khususnya dalam konteks masyarakat muslim. Pendekatan ini dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam melalui nilai-nilai agama dan prinsip-prinsip ilmiah. Pendekatan integrasi ini mempunyai epistemologi terpadu yang terbagi dalam tiga bidang: Bayani, Burhani, dan Irfani.
Contoh penerapanya epistimologi dari aspek bayani,burhani dan irfani dalam bidang psikologi
1. Pendekatan Bayani (Tekstual)
Pendekatan bayani ini merupakaan pendekatan yang berfokus pada pemahaman Al-Qur'an dan hadis sebagai sumber utama dalam memahami perilaku manusia. Sebagai contoh pendeketan bayani dalam bidang psikologi, QS Al-Insyirah ayat 5-6 فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاyang artinya" Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan."
Dari ayat quran diatas dapat ditafsirkan secara klasik dan moderen.
* Penafsiran klasik
Penafsiaran klasik (bayani klasik) dari Ibnu Katsir yang menjelaskan bahwa dalam kesulitan selalu disertai dengan kemudahan sebagai wujud kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Hal Ini memberikan penegaskan bahwa Allah tidak akan memberikan beban kepada seorang hamba melebihi kemampuanya. Dalam perspektif psikologi Islami klasik, ayat ini mengajarkan pentingnya menjaga kesabaran dan optimisme, dengan keyakinan bahwa setiap kesulitan pasti disertai jalan keluar.
* Penafsiran Modern
Dari tafsir modern (bayani modern) Pendekatan ini dapat ditemukan dalam tafsir kontemporer, seperti Tafsir Al-Mishbah karya M. Quraish Shihab. Quraish Shihab menjelaskan bahwa ayat ini tidak hanya menegaskan janji Allah tentang kesulitan yang selalu disertai dengan kemudahaan, tetapi juga menekankan perlunya usaha manusia untuk keluar dari masalah. Allah menyediakan kemudahan sebagai peluang, namun manusia harus berusaha. Dalam perspektif psikologi modern, ayat ini mencerminkan pentingnya ketahanan mental (resilience) dan sikap optimis dalam menghadapi tantangan hidup.
2. Pendekatan Burhani (Rasional)
Pendekatan Burhani adalah pendekatan yang mengandalkan logika dan pembuktian empiris untuk memahami fenomena. Contoh nyata penerapan dari QS Al insyirah ayat 5-6 dalam pendekataan burhani dikehidupaan sehari- hari misalnya
* Pelajar yang mengalami kesulitan belajar:
Seorang siswa kesulitan memahami suatu mata pelajaran. Namun, dengan tekad kuat, belajar secara konsisten, dan meminta bantuan dari guru atau teman, akhirnya ia berhasil menguasai materi tersebut dan meraih nilai yang memuaskan. Tantangan dalam belajar akhirnya membawa keberhasilan.
* Pekerja yang kehilangan pekerjaan:
Seorang karyawan yang terkena pemutusan kerja awalnya merasa terpuruk. Namun, berkat doa, tekad, dan upaya untuk mengembangkan keterampilan baru, ia berhasil menemukan pekerjaan yang lebih baik dan sesuai dengan potensinya. Kesulitan ini membuka jalan menuju peluang yang lebih baik.
* Pemilik usaha kecil yang hampir bangkrut:
Seorang pengusaha kecil menghadapi masalah keuangan yang serius hingga hampir kehilangan usahanya. Namun, dengan semangat, kreativitas, dan strategi yang lebih inovatif, ia berhasil menghidupkan kembali usahanya dan menjadikannya lebih sukses. Kesulitan tersebut berubah menjadi awal dari kesuksesan besar.
3. Pendekatan Irfani (Intuitif dan Spiritual)
Pendekatan Irfani merupakan pendekatan yang menekankan pengalaman batiniah dan hubungan dengan Allah. Melalui pendekataan ini,kita dapat mengambil manfaat dan nilai-nilai dari apa yang di terangkan dari aspek bayani dan burhani seperti:
1. Membangkitkan Harapan dan Optimisme
Ayat ini mengajarkan bahwa setiap tantangan selalu diiringi oleh kemudahan, sehingga memberikan dorongan kepada seseorang untuk tetap berpikir positif dan optimis saat menghadapi kesulitan.
2. Memperkuat Sifat Sabar dan Tegar
Keyakinan bahwa Allah akan menghadirkan kemudahan di balik setiap kesulitan dapat membantu seseorang bersikap sabar dan tegar saat menjalani ujian hidup.
3. Menumbuhkan Kepercayaan kepada Allah
Ayat ini mengingatkan bahwa semua peristiwa dalam hidup adalah bagian dari kehendak Allah, termasuk kesulitan yang akan diikuti oleh kemudahan, sehingga memperkokoh rasa tawakal kepada-Nya.
4. Mendorong untuk Tetap Berusaha
Kesulitan bukanlah akhir dari segalanya. Ayat ini memotivasi seseorang untuk terus bekerja keras dan tidak menyerah, karena kemudahan akan datang melalui doa dan usaha yang sungguh-sungguh.
5. Meningkatkan Kesehatan Mental
Dengan percaya bahwa kesulitan hanya bersifat sementara dan kemudahan akan menyusul, seseorang dapat lebih tenang, mengurangi rasa stres, dan terbebas dari perasaan putus asa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H