Mohon tunggu...
Ani Juwita
Ani Juwita Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMAN 1 Panarukan

Perubahan kecil dalam kelas merupakan awal dari perubahan besar dunia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bangkitkan Nasionalisme dan Merawat Kebhinekaan Melalui Drama Kolosal "Sang Saka" dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

6 November 2024   23:26 Diperbarui: 6 November 2024   23:33 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Projek drama kolosal bertema Bangkitkan Nasionalisme Rawat Kebhinekaan "Sang Saka" memiliki tujuan: pertama mengidentifikasi keragaman sebagai identitas masyarakat Indonesia, kedua membentuk pribadi yang siap menerima perbedaan keragaman, ketiga membentuk peserta didik agar dapat berperan aktif dalam kegiatan projek P5, dan keempat mendemonstrasikan keragaman dan demokrasi serta menerima keragaman sebagai identitas Indonesia. Sedangkan alur projek ini antara lain:

  • Peserta didik diajak mengenali lebih dalam tentang berbagai keragaman individu dan budaya, mengenal berbagai peran individu dalam demokrasi
  • Peserta didik melakukan riset terpadu dan dapat bekerja sama, serta melihat konteks lingkungan sekitar yang berkaitan dengan keragaman
  • Peserta didik merencanakan solusi aksi dari situasi yang telah mereka ketahui dan pahami
  • Peserta didik menuangkan aksi nyata mereka dengan membuat rancangan fasilitas public bagi komunitas sekolah maupun untuk komunitas diluar sekolah, sebagai aksi nyata dalam membangun masyarakat yang berkebhinekaan, bergotong royong dan kreatif

Perjalanan proyek ini dimulai dengan tahap pengenalan di mana siswa diperkenalkan dengan konsep kebhinekaan, baik melalui pemahaman sejarah maupun diskusi kelompok. Projek ini mengajak para siswa untuk lebih memahami sejarah perjuangan bangsa Indonesia melalui pementasan drama kolosal yang menggambarkan momen-momen penting dalam sejarah, seperti Sumpah Pemuda, kolonialisme, dan Proklamasi Kemerdekaan. Dalam proses ini, siswa diminta untuk menentukan tema yang sesuai dengan nilai kebhinekaan dan semangat gotong royong.

Tahap selanjutnya adalah tahap kontekstual, di mana siswa terlibat aktif dalam persiapan pementasan drama. Pertama mereka mempelajari berbagai komponen drama, mulai dari penyusunan naskah, pemilihan peran (casting). Tidak hanya berfokus pada dialog, mereka juga diajak untuk memahami aspek teknis pementasan, seperti penggunaan properti, tata rias, dan dokumentasi. Siswa pada tahap kontekstual dikenalkan beberapa materi antara lain: properti yang disampaikan oleh guru seni dan budaya, make up dasar untuk drama disampaikan oleh guru seni yang berprofesi sebagai MUA, busana untuk drama yang disampaikain oleh trainer Double Track Tata Busana, dubbing yang disampaikan oleh komposer drama, dan teknik dokumentasi yang disampaikan oleh tim publikasi sekolah dan bekerjasama dengan Dinas Kominfo.

Sesi latihan dan gladi menjadi bagian penting dalam memastikan kualitas pementasan. Setelah memahami apa saja komponen drama siswa memilih peranan mereka dalam drama, kemudian dibagi dalam kelompok besar antara lain kelompok properti, kelompok drama, kelompok make up, dan kelompok dokumentasi. Kelompok property dibagi lagi menjadi kelompok-kelompok kecil sesuai dengan apa yang akan mereka buat misal kelompok senjata, kelompok rumah dll. Sedangkan kelompok drama dibagi lagi menjadi kelompok kecil sesuai peran tokoh, misal kelompok Belanda atau Kompeni, Kelompok penari, kelompok rakyat, kelompok pejuang dll.

Sebelum masuk dalam kelompok kecil setiap siswa bergotongroyong untuk membuat naskah drama yang akan mereka mainkan. Naskah ini dibuat secara bersama-sama mulai dari memahami konsep penyusunan naskah drama, menentukan  tema dan gambaran cerita, membuat kerangka naskah, membuat draft naskah, diskusi penyempurnaan naskah. Kelompok besar dan kelompok kecil disetiap peranan melakukan tugasnya masing-masing dengan target yang disepakati yaitu pementasan drama kolosal. Jangka waktu 6 minggu dengan estimasi seminggu 4JP semua siswa menjalankan masing-masing antara lain: Pemilihan tokoh (casting), memilih sutradara dan asisten sutradara, dekorasi, rias, busana, lampu dan musik.

Puncak dari projek ini adalah pementasan drama kolosal "Sang Saka". Drama ini menggambarkan bagaimana semangat nasionalisme dapat tumbuh dari keragaman budaya dan peran individu dalam memperjuangkan kemerdekaan. Siswa dapat berekspresi  menyalurkan pemahaman tentang peristiwa Sumpah Pemuda, kolonialisme, dan Proklamasi Kemerdekaan, dan mereka memahami tentang pentingnya keberagaman dalam membangun identitas bangsa yang kuat. Semua siswa antusias untuk berperan pada tugasnya masing-masing.

Drama kolosal "Sang Saka" menceritakan tentang bagaimana perjuangan bangsa Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan. Opening drama, drama kolosal "Sang Saka" dibuka dengan tarian Nusantara oleh kolaborasi siswa, anggota ekstrakurikuler tari dan guru yang tergabung dalam tim fasilitator P5. Drama kolosal "Sang Saka" dimulai dari menceritakan tentang peristiwa Proklamasi, kemudian digambarkan pula bagaimana kondisi bangsa Indonesia paska kemerdekaan. Kemudian masuk pasukan Belanda di Surabaya dan terjadilah perisiwa penyobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato, digambarkan pula bagaiamana Bung Tomo membakar semangat pemuda Surabaya. Dalam peristiwa ini juga menampilkan terbunuhnya Jenderal Mallaby dan menjadi tanda bahwa Indonesia menang, meskipun banyak menelan korban.

Projek Drama kolosal "Sang Saka" ini menggambarkan keberhasilan kolaborasi antara siswa, guru, dan lingkungan sekolah dalam penanaman semangat nasionalisme melalui pembelajaran berbasis projek. Kesuksesan projek ini tidak hanya terletak pada hasil pementasan drama kolosal yang memperlihatkan pemahaman siswa tentang sejarah perjuangan bangsa, tetapi juga pada proses pembelajaran yang holistik, interaktif, dan penuh makna. Siswa tidak hanya menjadi penonton sejarah, tetapi juga ikut aktif terlibat dalam menganalisis, diskusi, dan kolaborasi untuk membuat peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Indonesia menjadi lebih hidup. Melalui proses kreatif ini, mereka mengembangkan keterampilan berpikir kritis, gotong royong, dan kreativitas. Selain itu, mereka juga belajar secara langsung untuk menerima perbedaan, menghayati nilai-nilai kebhinekaan, dan menyadari pentingnya peran individu dalam membangun masyarakat yang inklusif dan demokratis.

Setelah pementasan, siswa melakukan refleksi dari  seluruh proses kegiatan  yang telah merekan lakukan. Mereka mengevaluasi pencapaian mereka, baik dalam hal pengetahuan sejarah, kerja sama tim, maupun kreativitas yang telah mereka hasilkan. Pada tahap akhir kegiatan, siswa diminta membuat rencana tindak lanjut sebagai upaya konsistensi untuk memperkuat nilai-nilai kebhinekaan dan gotong royong dalam kehidupan sehari-hari. Fasilitator juga menegaskan bahwa mereka adalah agen perubahan yang dapat membawa dampak positif bagi masyarakat sekitar.

Asesmen pada projek drama kolosal "Sang Saka" ini dilakukan dengan pengamatan berdasarkan pada rubrik pengamatan yang berdasarkan pada dimensi Profil Pelajar Pancasila yang ingin dicapai yaitu berkebhinekaan global, bergotong royong dan kreatif. Dari dimensi tersebut elemen yang dipilih adalah:

  • Berkeadilan sosial, target pencapaian akhir fasenya adalah:
  • Berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan Bersama
  • Memahami peran individu dalam demokrasi
  • Kolaborasi, target pencapaian akhir fasenya adalah:
  • Mampu bekerja sama dengan tim untuk mencapai tujuan bersama
  • Komunikasi untuk mencapai tujuan Bersama
  • Kreatif, target pencapaian akhir fasenya adalah:
  • Memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif solusi permasalahan

Asesmen dilakukan oleh tim fasilitator projek yang terdiri dari pengajar kelas X melalui pengamatan saat mendampingi kegiatan projek. Asesmen dihimpun dan dilaporkan koordinator projek untuk diolah menjadi penilaian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun