Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, agama, ras dan budaya, sudah seharusnya menanamkan nilai-nilai kebangsaan kepada seluruh komponen bangsa. Nilai-nilai dimaksud adalah kepribadian bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan UUD 1945. Nilai-nilai tersebut juga merupakan budaya luhur dan warisan leluhur bangsa Indonesia bahkan jauh sebelum NKRI berdiri.
Pancasila yang menjadi fundamen dan ideologi NKRI digali dari budaya bangsa Indonesia sendiri. Hal ini dipertegas oleh Ir. Soekarno "Aku tidak mengatakan bahwa aku menciptakan Pancasila. Apa yang kukerjakan hanyalah menggali tradisi kami jauh sampai ke dasarnya dan keluarlah aku dengan lima butir mutiara yang indah". Hal tersebut membuktikan, kelima sila dalam Pancasila telah ada dan dilaksanakan dalam kehidupan bangsa Indonesia. Demikian juga semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" yang ditulis oleh Mpu Tantular dalam kitab Sutasoma. Pada masa Majapahit, semboyan "Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa" telah menjadi perekat dan menciptakan kerukunan beragama.
Namun, di era globalisasi dan teknologi informasi saat ini, tantangan terhadap nasionalisme dan kebhinekaan semakin kompleks. Pengaruh budaya asing yang cepat masuk melalui media sosial dan hiburan digital sering kali mengaburkan nilai-nilai kebangsaan dan keindonesiaan, terutama di kalangan generasi muda. Tantangan ini dapat dijawab dengan pendidikan yang mengedepankan penanaman semangat nasionalisme serta menjaga kebhinekaan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru adalah melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Projek penguatan profil pelajar Pancasila bertujuan mencapai kompetensi profil pelajar Pancasila, sementara pembelajaran berbasis projek di intrakurikuler bertujuan mencapai Capaian Pembelajaran (CP). Projek penguatan profil pelajar Pancasila tidak menggantikan pembelajaran berbasis projek untuk mata pelajaran (intrakurikuler) (Panduan P5, 2024).
Menjawab tantangan ini, Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam menanamkan dan memperkuat semangat nasionalisme serta menjaga kebhinekaan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Projek penguatan profil pelajar Pancasila, sebagai salah satu sarana pencapaian profil pelajar Pancasila, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk "mengalami pengetahuan" sebagai proses penguatan karakter sekaligus kesempatan untuk belajar dari lingkungan sekitarnya (Panduan P5, 2024). Salah satu kegiatan inovatif dalam kegiatan projek ini adalah pelaksanaan drama kolosan dengan judul "Sang Saka". Drama kolosal ini bukan hanya untuk hiburan namun juga proses menuju penampilan yang menggabungkan dimensi yang harus dicapai oleh siswa dalam mewujudkan nilai nasionalisme dan kebhinekaan. Drama kolosal "Sang Saka" menjadi tempat untuk siswa melatih dalam mewujudkan nilai berkebhinekaan global, gotong royong dan kreatif melalui nilai Sejarah dan nilai luhur budaya bangsa.Â
Tantangan
Saat ini dunia mengalami masa globalisasi. Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses global itu sendiri. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi memperepat akselerasi proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Globalisasi menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya memenfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan. Globalisasi mengakibatkan dunia semakin terbuka sehingga menyebabkan batas antar negara semakin kabur. Begitu pula Bangsa Inonesia sebagai negara juga tidak dapat menghindari tangtangan globalisasi. Fenomena ini dapat memudarkan sikap nasionalisme dan merubah pola pikir generasi muda Indonesia sehingga lalai akan budaya sendiri dan tradisi yang sudah diwariskan oleh nenek moyang bangsa Indonesia. Selain itu juga, banjirnya informasi akibat dari cepatnya teknologi informasi dan komunikasi yang di bawa oleh arus globalisasi menjadi ancaman terbesar.
Menjawab tantangan globalisasi, Pancasila hendaknya mampu menyaring dampak dari globalisasi yang mampu membawa perubahan pada tatanan dunia khususnya bagi masyarakat Indonesia terutama generasi muda. Dengan berpegang teguh pada Pancasila maka masyarakat Indonesia mampu mewujudkan nasionalisme Indonesia (Asmaroini, 2016). Dalam membentuk jiwa nasionalisme diperlukan pemahaman dan pengimplementasian Pancasila pada generasi muda sejak dini. Dari prespektif kehidupan bangsa, Pancasila dijadikan norma tindak dan perilaku dalam kehidupan sehari hari oleh masyarakat Indonesia. Dengan berlandaskan Pancasila diharapkan pengaruh negatif budaya asing dapat disaring sehingga generasi muda dapat menjadi generasi yang benar-benar mencintai dan bangga pada tanah air Indonesia dalam segala situasi dan kondisi apapun (Lestari, Janah, & Wardanai, 2019).
Oleh karena itu, Projek penguatan profil pelajar Pancasila sebagai salah satu sarana pencapaian profil pelajar Pancasila, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk "mengalami pengetahuan" sebagai proses penguatan karakter sekaligus kesempatan untuk belajar dari lingkungan sekitarnya (Panduan P5, 2024). Dalam kegiatan ini, siswa memiliki kesempatan untuk mempelajari tema-tema atau isu penting seperti yang dijelaskan dalam buku SNI Jilid 6 (Djoenoed:149) bahwa perjuangan mempertahankan kemerdekaan akan menumbuhkan nasionalisme dan kebhinekaan sehingga peserta didik dapat melakukan aksi nyata dalam menjawab isu-isu tersebut sesuai dengan tahapan belajar dan kebutuhannya. Projek penguatan profil pelajar Pancasila diharapkan dapat menginspirasi peserta didik untuk berkontribusi bagi lingkungan sekitarnya.
Aksi
Profil pelajar Pancasila memiliki beragam kompetensi yang dirumuskan menjadi enam dimensi. Keenamnya saling berkaitan dan menguatkan sehingga upaya mewujudkan profil pelajar Pancasila yang utuh membutuhkan berkembangnya seluruh dimensi tersebut secara bersamaan. Dimensi-dimensi tersebut menunjukkan bahwa profil pelajar Pancasila tidak hanya fokus pada kemampuan kognitif, tetapi juga sikap dan perilaku sesuai jati diri sebagai bangsa Indonesia sekaligus warga dunia. Dalam projek drama kolosal bertema Bangkitkan Nasionalisme Rawat Kebhinekaan dengan judul "Sang Saka" yang diadakan oleh SMA Negeri 1 Panarukan merupakan upaya untuk membangkitkan kesadaran akan pentingnya persatuan dalam keragaman dan focus dalam pengembangan dimensi Berkebhinekaan global, Gotong Royong, Kreatif.