Mohon tunggu...
NieNie
NieNie Mohon Tunggu... Lainnya - Sekedar Berbagi

Just ordinary and simple

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

"Duh, Sedang PMS nih"

22 September 2023   16:24 Diperbarui: 22 September 2023   16:31 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita mungkin mengenal istilah PMS. Ya betul, PMS adalah Pre-Menstrual Syndrome atau sindrom pramenstruasi. Dialami oleh wanita menjelang periode menstruasi. Gejalanya macam-macam, dari mulai sakit kepala, pegal linu, sakit perut, suasana hati atau mood dan emosi tak beraturan, dan sebagainya. Tingkatnya pun bervariasi, dari ringan sampai berat. Namun saya tidak akan membahas mendalam mengenai PMS dalam arti sesungguhnya. Saya hanya ingin meminjam istilah dan kondisinya saja. Sekalipun PMS hanya dialami wanita, namun istilah PMS yang saya pinjam ini mengacu untuk situasi yang sifatnya umum atau general, jadi siapa saja bisa mengalaminya. 

Ketika PMS datang dengan gejala yang berbagai macam membuat situasi atau kondisi terasa tidak menentu. Kita dapat memaklumi situasi yang tidak menentu ini dan bahkan orang di sekitar kita pun memakluminya. Gejala ini biasanya hanya sementara. Ketika PMS nya sudah lewat, kondisi kita kembali seperti sediakala. Beberapa orang ada yang menyadari atau merasakan sedang mengalami PMS, namun ada juga ada yang tidak merasakannya. Bagi orang yang menyadari atau merasakan PMS, persiapan atau tindakannya pun macam-macam. Tergantung jenis gejalanya. Kondisi PMS ini terjadi di periode tertentu dan bersifat sementara. Ada periode tertentu dimana kita mengalami hal tidak menentu tersebut. Baik kita yang sedang mengalami PMS maupun orang sekitar kita yang mengetahuinya, menyadari bahwa kondisi tidak menentu ini hanya sementara dan nantinya juga akan berlalu.

Itulah kenapa saya ingin meminjam analogi PMS ini sebagai salah satu analogi yang mungkin bisa digunakan saat situasi yang kita alami tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Saat segala masalah datang di waktu yang bersamaan dan bahkan rasanya tanpa berhenti. Kita bisa ibaratkan sama dengan gejala PMS yang datang bersamaan. Sakit kepala, sakit perut, lemas, pegal, linu, emosi berantakan. Semua berkumpul dalam satu sajian piring. Saat semua gejala itu datang, kita pasti akan mencoba mengatasinya dengan berbagai cara mulai dari beristirahat sampai dengan minum obat. Kita hadapi semua gejala itu. Kita menyadari dan percaya bahwa PMS ini nanti akan selesai, akan mereda dan sembuh. Semua akan kembali seperti sediakala dan kita akan kembali baik-baik saja.

Mengambil analogi situasi yang sama, saat berbagai masalah datang dalam hidup kita, kita pasti akan mencoba berbagai cara untuk mencari solusinya atau penyelesaiannya. Menghindari situasi tidak menentu dalam sebuah permasalahan tidak akan membuat masalah itu selesai. Ibarat gejala PMS, segala permasalahan akan bertemu dengan penyelesaiannya. Kita harus menghadapi apapun situasinya dan menjalaninya.

Gejala PMS mungkin bisa selesai hanya dalam beberapa hari saja. Nah kalau permasalahan hidup bisa tidak menentu. Bisa sebentar, bahkan bisa lebih lama dalam hitungan bulanan atau tahunan. Disitulah kita perlu untuk terus menyadarkan diri kita bahwa situasi tidak menentu atau masalah ini akan berproses dan pada akhirnya akan menemukan titik akhir penyelesaian apabila kita mau menjalani dan menghadapinya. Kita harus terus menyadarkan diri kita bahwa di suatu waktu nanti kita akan kembali ke situasi baik-baik saja.

Gejala PMS terjadi setiap akan masuk periode menstruasi. Kita mengetahui bahwa gejala PMS ini akan terjadi lagi di periode mendatang. Bisa ada prediksi dan estimasi. Bahkan bagi yang sudah terbiasa pasti sudah bisa memperkirakan obatnya apa. Dalam kehidupan kita, kita tidak pernah tahu prediksi dan estimasi kapan permasalahan akan datang. Analogi PMS ini memberikan refleksi pada kita untuk membangun persiapan dalam diri kita. Bukan persiapan agar tidak punya masalah lho ya ha-ha-ha. Dalam banyak hal, kita tidak bisa memilih tidak punya masalah karena masalah sering datang tanpa diundang. Kita pun tidak tahu jenis masalahnya apa. Kita dapat mempersiapkan mental kita untuk memahami diri kita saat masalah jenis apapun datang. Memahami bahwa kita akan mengalami dan merasakan hal yang tidak enak. Mencari tahu obat apa yang cocok untuk respon kita. Kecewa, marah, kesal, sedih, bingung, dan berbagai jenis respon yang muncul saat kita bertemu masalah. Obat untuk respon kita pun bisa saja lebih dari satu atau dengan berbagai kombinasi.

Gejala PMS pun bisa saja tidak sama dari satu PMS dengan PMS lainnya. Bahkan terkadang banyak sekali gejalanya dalam satu periode PMS. Hal pertama yang kita lakukan atau sering dianjurkan adalah beristirahat. Apabila ada gejala yang perlu mendapat obat tertentu, kita bisa mengkonsumsinya. Hal serupa bisa kita refleksikan dalam masalah di kehidupan kita. Belum selesai masalah yang ada dan masih menggantung, masalah yang baru sudah datang. Jika ada waktu yang bisa disisihkan, kita bisa mencoba beristirahat dulu sambal menata segala respon yang kita rasakan. Respon marah, kecewa, sedih, bingung dan sebagainya yang bisa saja datang bersamaan. Jika setelah beristirahat kita masih belum merasakan lebih baik, kita bisa mencoba mencari obat yang cocok dan tentunya yang pengaruhnya baik untuk kita dan orang di sekitar kita.

Tidak semua hal bisa kita kontrol. Bahkan bisa saja kita sulit untuk mengontrol diri sendiri saat dalam situasi tertentu. Analogi PMS ini memberikan perspektif saat kita perlu untuk berhenti sejenak atau memberikan ruang pada diri kita dari situasi yang tidak menentu dan membantu diri kita sendiri. Membantu diri kita untuk menerima situasi yang terjadi, merasakan segala emosi yang ada, menenangkan gejolak perasaan dan pada akhirnya mencari dan mendapatkan solusi yang paling cocok untuk kita. Di saat itulah kita juga bisa bilang pada diri sendiri "Duh sedang PMS nih". Di saat itulah kita secara sadar mengakui bahwa kita perlu ruang untuk diri kita sendiri dan juga menyadari bahwa situasi tidak menentu yang kita rasakan akan berlalu apabila kita menghadapinya.

Nie, 22Sep2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun