Tindakan selanjutnya inilah yang bisa menentukan bagaimana kemampuan kita menghadapi situasi diri kita sendiri. Tidak perlu jauh-jauh menghadapi orang lain, kita hadapi dulu saja diri sendiri.
Baik, jika kita merasa ada yang salah dengan diri kita atas situasi yang kita alami. Bisakah kita mulai dengan menjawab pertanyaan kita tersebut, yaitu dengan membuat daftar apa saja salah kita menurut pendapat kita sendiri yang terkait dengan situasi yang kita alami.Â
Misalnya, saya tidak punya kemampuan tertentu, saya merasa rekan saya tidak mau berteman, saya seharusnya tidak berbuat hal itu, saya tidak bisa berkomunikasi dengan baik, dan sebagainya. Buatlah daftar sebanyak-banyaknya yang bisa kita peroleh dari pendapat diri kita sendiri.
Setelah pertanyaan "apa saja salah kita" terjawab dalam suatu daftar tertentu, mari kita coba untuk menelaah atau menganalisa satu demi satu.Â
Setiap jawaban dalam daftar tersebut, kita buat pertanyaan lagi untuk mengetahui penyebabnya dan apa yang bisa kita lakukan. Misalnya apabila salah satu kesalahan kita menurut pendapat kita adalah karena kita tidak dapat berkomunikasi dengan baik.Â
Cobalah bertanya lagi pada diri sendiri, apa penyebabnya dan apa tindakan yang bisa kita lakukan setelah itu. Teruslah bertanya pada diri sendiri sampai kita mendapatkan tindakan apa yang bisa kita lakukan. Pada prosesnya, kita bisa merasa bahwa apa yang kita pikir adalah kesalahan kita bukanlah suatu hal yang tidak termaafkan atau bukanlah suatu kesalahan yang tidak ada solusinya.
Masalahnya, biasanya kita malas untuk meluangkan waktu, bahkan untuk diri sendiri. Akhirnya kita terus terjebak dengan pertanyaan "apa yang salah dengan saya". Tidak ada tindakan selanjutnya.Â
Begitu terus tiap hari. Yang mengherankan di situasi seperti ini adalah kenapa kita bisa bertahan dengan situasi yang membuat kita tertekan? Terus bertanya-tanya, berasumsi, dan berprasangka. Rasanya jadi seperti adu kekuatan dengan diri sendiri, ha-ha-ha.
Nah, lain halnya lagi dengan orang yang sudah melakukan semua daftar tindakannya namun hasilnya tidak sesuai dengan yang dia harapkan. Dia kembali berpikir "apa yang salah dengan saya".Â
Saat kita merealisasikan tindakan kita, tentunya kita punya harapan dan berharap bahwa harapan kita ini menjadi nyata. Kita bisa mencoba membuat daftar harapan dan menjawab setiap kondisi yang mungkin yang terjadi, yaitu jika harapan menjadi nyata dan jika harapan tidak menjadi nyata.Â
Pada akhirnya, kita akan mempunyai kesiapan mental pada kemungkinan situasi yang akan terjadi. Misalnya, saya ingin meminta maaf pada rekan kerja saya.Â