Lalu apakah perlu emosi itu dikeluarkan? Sebetulnya perlu menurut saya. Karena itu bisa membantu mengembalikan keseimbangan diri kita. Namun kalau menurut saya tergantung caranya.Â
Sebaiknya saat kita mengeluarkan emosi, kita tidak menciptakan hari buruk untuk orang lain. Mereka mungkin ikut merasakan kesedihan kita, tapi sebaiknya mereka tidak ikut tenggelam bersama kita.Â
Susah sih, rasanya kalau sudah emosi, misalnya sedih, saya juga ingin satu dunia runtuh bersama kesedihan saya, ha..ha.. Tapi saya selalu berusaha mengingatkan diri saya.Â
Walaupun susah, semua ini hanya bagian dari cerita hidup. Itu sebabnya saya perlu "regu penolong" atas kesedihan saya supaya cerita saya bisa berlanjut ke "bab" selanjutnya. Â Â
Bagaimanapun yang penting menurut saya adalah apa yang akan kita lakukan setelah kita menyimpulkan hari itu adalah hari yang buruk untuk kita, hari yang tidak kita inginkan.Â
Saya sendiri merasa tahapan bisa melalui hari buruk itu dan kemudian merancang apa yang akan saya lakukan setelahnya adalah tahapan yang sangat penting dan boleh dibilang yang paling sulit.Â
Saat menjalani hari buruk itu saja mungkin sudah susah payah, apalagi melanjutkan ke hari berikutnya dan bahkan kemudian berusaha untuk membuat hari berikutnya tidak lebih buruk lagi. Syukur-syukur bisa menjadikan hari selanjutnya menjadi hari yang diinginkan.
Bahkan terkadang kita pun tidak tahu seperti apa kategori hari yang kita inginkan. Mungkin hanya hari-hari yang berjalan seperti biasanya, tanpa ada kejadian spesifik yang bisa memunculkan emosi positif atau negatif. Mungkin juga hari-hari yang dinginkan adalan hari yang berjalan sesuai rencana kita.
Itu juga sebabnya saya merasa pengelolaan emosi sangat penting, karena kita tidak pernah tahu saat memulai suatu hari, apakah hari itu akan menjadi hari yang dinginkan atau tidak.
Nie, 06Apr2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H