Tindakan kekerasan di negeri ini semakin hari semakin massif, hal ini berakibat pada hilangnya nyawa seseorang. Harga nyawa manusia begitu murah. Hanya karena sakit hati, seseorang berani membunuh temannya, atau hanya karena tidak kuat menghadapi kerasnya kehidupan seorang ibu berani membunuh darah dagingnya sendiri, seorang suami mencekik istrinya, atau seorang remaja melenyapkan kekasihnya. Banyaknya kasus kekerasan yang terjadi menandakan bahwa tingkat keamanan di negeri ini rendah.
Baru-baru ini viral tentang pembunuhan yang dilakukan oleh seorang pendeta muda  Chiristian Rudolf Tobing terhadap teman perempuannya yang dilakukan di sebuah apartemen, lalu mayatnya dibuang di tol Becak Kayu, Pondok Gede, Bekasi. Dia melakukan tindakan kejinya Karena alasan sakit hati.
Di Sulawesi Selatan seorang pria dengan tega menganiaya bayi yang masih berusia empat bulan dengan cara dibanting ke lantai hingga meninggal dunia. Akibat bantingan tersebut sang bayi mengalami luka parah di bagian kepala. Dilansir dari tribunnews.com (23/10/22)
Kasus kekerasan yang terjadi di Indonesia bukanlah hal baru di negeri ini, dan kekerasan terhadap perempuan berada diurutan tertinggi, bisa jadi karena perempuan sebagai target yang paling lemah. Banyak faktor yang menjadi penyebab tindakan kekerasan ini terjadi.
Kekerasan yang terjadi pun banyak macamnya. Ada kekerasan fisik berupa pemukulan, penganiayaan, sampai hilangnya nyawa seseorang. Ada juga kekerasan yang dilakukan secara verbal, dimana pelaku mengeluarkan kata-kata kotor berupa cacian, makian, bullying, sampai korban rusak secara mental, dan yang terakhir adalah kekerasan secara seksual, yang menjadi korban kebanyakan adalah kaum perempuan.
Negara abai memenuhi jaminan keamanan bagi rakyatnya.
Maraknya tindakan kejahatan dan kekerasan ini, membuat rakyat tidak memiliki jaminan kemanan yang memadai. Baik di rumah, di lingkungan sekitar, di sekolah, di pesantren, dan di sektor publik lainnya. Kekerasan ada di mana-mana, mengintai siapa saja. Siapapun bisa jadi pelakunya, baik itu ayah, ibu, remaja, guru, ustadz, pendeta, aparat, maupun pemerintah.
Tingkat kekerasan ini tidak mudah untuk dihentikan, tiap tahun jumlahnya malah semakin meningkat, ini terjadi karena lemahnya hukum yang diterapkan di negeri ini . Hukuman bagi pelaku kejahatan dan  kekerasan tidak memberiakan efek jera, karena hukuman yang diberikan terlalu ringan.
Kekerasan adalah probrelamatika yang harus segera dihentikan, jangan sampai generasi negeri ini menjadi generasi monster di masa depan, menjadi mesin pembunuh akibat hilangnya rasa kemanusiaan. Negara harus membuat hukuman yang memberi efek jera bagi pelaku kekerasan, sehingga masyarakat bisa hidup dengan tenang tanpa diteror rasa was-was ketikan melakukan interaksi dengan banyak orang di sektor publik, terutama yang berkaitan dengan aktivitas muamalah.
Namun, nyatanya, keamanan sangat sulit diwujudkan, jika yang diterapkan masih menggunakan sistem demokrasi sekuler. Hukum bisa berubah-ubah sekehendak hati para pemangku kebijakan, yang dibuat  tergantung kepentingan. Bahkan mereka bisa melakukan segala cara, meskipun itu menyalahi wewenang kekuasaannya. Pertumpahan darah kerap terjadi dilakukan oleh pihak yang berkuasa, maupun aparat yang mengerti hukum.
Lemahnya keimanan seseorang menjadikan pelaku gampang sakit hati, dendam, bahkan rentan mengalami sakit mental. Negaranya harusnya hadir untuk meriayah rakyatnya, agar mereka menjadi insan yang bertakwa. Bekerjasama dengan instansi pendidikan dan pemuka agama dalam membina masyarakatnya. Perubahan pemikiran merupakan bagian penting untuk mengubah perilaku dan mindset seseorang.
Tetapi, sayangnya pendidikan negeri ini dengan kurikulum sistem sekuler gagal membentuk generasi yang berkualitas di segala lini. Alih-alih melahirkan generasi yang memiliki saksiyah Islam, mereka dibentuk menjadi generasi yang berorientasi pada pencapaian dunia, akhirnya rentan depresi, dan mengalami dekadansi moral. Keluarga yang harusnya menjadi benteng terakhir untuk menjaga anak-anak kaum muslimin sudah rusak dan rapuh
Sistem Islam memberikan jaminan penuh bagi rakyatnya
Dalam Islam negara adalah raa'in ( pengurus) dan junnah (pelindung). Nyawa manusia dalam Islam sangat besar nilainya, lebih berharga dari pada dunia dan seisinya. Maka, ketika sebuah negara diatur dengan sistem yang bersumber dari Allah kehidupan manusia akan terjaga dengan baik.
Sejarah Islam menceritakan ketika 13 abad berkuasa, sangat sedikit tindakan kejahatan yang terjadi. Rakyat hidup aman dan sejahtera, karena hukum diterapkan dengan baik. Bukannya bagi muslim saja, namun non muslim pun bisa merasakannya. Kesejahteraan dan keadilan berlaku bagi semua agama yang hidup dalam Daulah Islam. Itu artinya, Islam benar-benar memuliakan manusia dan menjaga hak-hak hidupnya. Allah memberikan keberkahan pada penduduknya baik di langit dan di bumi.
Jaminan keamanan adalah hak rakyat yang harus diberikan oleh negara secara merata dan seadil-adilnya, dan ini yang bisa dilakukan ketika sistem Islam diterapkan dimuka bumi. Jaminan yang bisa mewujudkan kemakmuran bagi seluruh rakyatnya. []
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H