Mohon tunggu...
Ani Dwiyanti
Ani Dwiyanti Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya mempunyai hobi menulis, menyanyi dan olah raga. Saya sangat menikmati hobi-hobi saya tersebut.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Penerapan Disiplin Positif Di Sekolah

22 Oktober 2023   11:35 Diperbarui: 22 Oktober 2023   11:38 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mewujudkan budaya positif melalui kesepakatan dan keyakinan kelas

Guru mempunyai peranan penting dalam mewujudkan budaya positif di sekolah. Budaya positif merupakan perwujudan dari nilai-nilai atau keyakinan universal yang diterapkan di sekolah.

Budaya positif diawali dengan perubahan paradigma tentang teori kontrol.Sebagai guru haruslah bisa mengontrol perilaku siswa supaya menjadi lebih baik.

Berdasarkan penelitian tenang teori kontrol. semua perilaku manusia memiliki tujuan. Begitu pula dengan perilaku siswa, kesalahan siswa pasti memiliki alasan. Dan alasan tersebut dinamakan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia.

Lima kebutuhan dasar manusia yaitu : 1) Kebutuhan bertahan hidup, 2) Kebutuhan Cinta dan Kasih Sayang, 3) Kebutuhan Penguasaa, 4) Kebutuhan Kebebasan, 5) Kebutuhan akan Kesenangan. Setelah memahami kebutuhan dasar siswa, guru selanjutnya menerapkan disiplin positif. 

Menurut Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline ada tiga alasan  motivasi manusia dalam melakukan sesuatu, yaitu : 1) Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman, 2) Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain, 3) Untuk menjadi orang yang mereka inginkan sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini.

Tindakan pendisiplinan dengan melakukan hukuman atau memberi imbalan bisa disebut motivasi eksternal dan tidak akan bertahan lama. Pendisiplinan di sekolah harus dilakukan dengan alasan yang ketiga. Siswa melakukan kebaikan sesuai dengan keyakinan kelas atau nilai-nilai yang sudah tertanam dalam dirinya atau motivasi internal, motivasi ini bertahan lama dan membuat siswa  mempunyai karakter yang kuat. 

Ki Hajar Dewantara mengungkapkan bahwa disiplin kepada siswa adalah disiplin diri, karena hanya diri sendiri yang mampu mengontrol diri kita bukan orang lain.

Jika belum bisa mengontrol diri, disiplin silakukan orang lain tapi dalam situasi merdeka bukan keterpaksaan. Siswa sendiri yang menginginkan mentaati peraturan sesuai dengan keyakinan universal atau keyakinan sekolah dan kelas. Keyakinan universal yang datang dari siswa disebut motivasi internal dan diwujudkan dengan Restitusi.

Restitusi adalah upaya mendisiplinkan siswa dengan cara siswa sendiri yang menyelesaikan masalahnya dan bertindak sesuai dengan keyakinan kelas.

Guru menempatkan diri sebagai posisi manajer, ketika guru melihat siswa melakukan kesalahan tidak menghukum atau menasehati, tapi dengan memahami sikap dan tindakan siswa bahwa bersalah itu biasa karena manusia pasti pernah salah (Menstabilkan Identitas).

Kemudian guru mencoba memahami alasan atau kebutuhan dasar dari siswa  dengan perilakunya tersebut (Validasi Tindakan yang salah).

Selanjutnya siswa diingatkan dengan keyakinan kelas dengan menanyakan bagaimana seharusnya bersikap sesuai dengan keyakinan kelas dan siswa menjawab sendiri. Kemudian ditanyakan solusi terbaik berdasarkan keyakinan kelas (Menanyakan Keyakinan). Pada saat guru pada posisi manajer tidak boleh bersikap emosional. 

Sesuai filosofi Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan  adalah tempat menyemai benih kebudayaan. Kebudayaan dibentuk dari kebiasaan dan menjadi karakter dan diharapkan akan dapat berdampak jangka panjang. Pendidikan sejatinya mempu menumbuhkan manusia-manusia terbaik yang berpegang pada nilai-nilai keyakinan yang memiliki kemerdekaan jiwa, bukan hanya membentuk generasi yang patuh karena tekanan dan aturan, tapi siswa patuh karena mematuhi keyakinan dan nilai-nilai yang dipegang sendiri bukan aturan dari guru atau sekolah. Restitusi adalah upaya untuk membuat siswa mempu mengevaluasi diei menjadi manusia yang lebih baik yang sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal dan setiap kesalahan menjadi bahan pembelajaran kedepannya supaya menjadi pribadi yang lebih baik, lebih berkarakter yang kuat dan penghargaan diri menjadi bertambah.

Dengan penjelasan diatas, dengan menerapkan budaya positif di sekolah siswa akan mempunyai karakter dan pribadi yang lebih baik kedepannya yang sesuai dengan visi sekolah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun