Mohon tunggu...
Ani Kholisah
Ani Kholisah Mohon Tunggu... wiraswasta -

Keep Spirit and Smile..

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Antara Pacaran dan Ta'aruf!

21 Desember 2013   12:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:40 940
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika kita melihat judul di atas, terdapat dua kata yaitu pacaran dan ta’aruf. Dua istilah yang berbeda, dan proses dalam menjalankannya pun berbeda. Dalam kehidupan sehari-hari dan perkembangannya, istilah pacaran sudah menjadi fenomena di masyarakat dan bahkan mendunia. Terutama pada masa remaja. Kata pacaran ini sering diartikan sebagai hubungan dekat yang dijalani oleh dua orang (laki-laki dan wanita) yang saling menyukai dan ingin menjajaki kemungkinan melangkah ke hubungan yang lebih serius yaitu pernikahan. Atau mungkin saja hanya ingin melegalkannya dua orang tersebut agar merasa bebas saat terlihat berdua dan saling mengungkapkan ekspresi sayang tanpa ada ikatan resmi.

Sekarang istilah pacaran sudah dianggap biasa dan boleh-boleh saja. Ada yang mengatakan bahwa pacaran itu sama dengan ta’aruf, selama pacarannya tidak melanggar norma, jalan berduaan juga tidak masalah, selama tidak berpegangan tangan atau berbuat berlebihan. Apakah sebenarnya pernyataan itu benar?

Jika dilihat dari tujuan seseorang itu pacaran bermacam-macam. Ada yang hanya ingin bersenang-senang, karena pengaruh teman atau memang tujuannya ke arah pernikahan, dan lain-lain. Bahkan fenomena yang ada sekarang, jika ada seseorang yang tidak memiliki pacar cenderung dibilang ketinggalan zaman, kurang laku, kurang gaul, dan lain sebagainya. Atau merasa minder jika tak memiliki pacar. Bahkan jika kita bertemu saudara atau siapa pun itu tak jarang mengatakan “Mana Pacarnya? Udah punya pacar belum?

Pasti pernah mendengar istilah pacaran Islami kan? Emang ada ya pacaran yang Islami? Tentunya tidak ada. Ketika ada yang mengatakan: “Ah, saya pacarannya Islami kok. Saya pacarannya biasa-biasa aja kok, gak ngapa-ngapain, gak pegangan tangan, cuman ngobrol-ngobrol biasa saja, dan lain sebagainya. *_* Tapi kan tetap saja, sekuat-kuatnya iman seseorang. Yang namanya manusia, itu pasti bisa khilaf, dan itu dilarang.

Dalam Islam tidak ada istilah pacaran. Dan hukumnya pun diharamkan. Mengapa diharamkan? Ketika Allah swt. menetapkan sebuah syariat pasti ada sesuatu/hikmah dibalik semua itu. Jika kita melihat fenomena yang ada, pacaran diidentik seperti pergi berduaan tanpa ada mahramnya, bersentuhan/pegangan tangan, pergi ke tempat-tempat sepi dan lain sebagainya. Yang ada malah terus terperangkap kepada jalur kemaksiatan. ^_^

Nah, Islam mengharamkan pacaran karena ada unsur-unsur kemaksiatan di dalamnya yang dapat membawa pelakunya kemungkinan jatuh ke dalam perzinahan. Jadi, sebelum ada ikatan pernikahan dalam Ijab Qabul. Jangan sampai kita terbawa ke lembah hina dan terperosok ke dalam perzinahan. Yang pada akhirnya akan mendapat dosa dan murka dari-Nya. Dan pintar-pintarlah menjaga diri, dan jangan sampai mengikuti hawa nafsu sesaat.

Firman Allah swt. yang artinya: “Janganlah kamu mendekati zina, karena sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji dan jalan yang buruk. (Q.S. Al-Isra: 32)!!! Dari sini, kita dapat mengetahui bahwa, mendekati saja haram, apalagi pacaran. Dan juga, Rasulullah saw. bersabda, yang artinya “Tidaklah seorang laki-laki bersepi-sepian (berduaan) dengan seorang perempuan melainkan setan yang ketiganya” (H.R. Tirmidzi). Nah, tidak boleh tuh berdua-duaan di tempat sepi.

Kata Ta’aruf disini diartikan sebagai perkenalan. Namun dalam praktek sehari-hari, ada yang menggunakan kata ta’aruf sebagai suatu proses sebelum ikhwan dan akhwat (laki-laki dan wanita) menjalani sebuah pernikahan. Apa tujuannya? Tujuan dari ta’aruf sendiri adalah untuk mengenal calon pasangan, ketika ada kecocokan akan berlanjut dengan khitbah (melamar) kemudian melaksanakan pernikahan.

Kapan dimulainya? Jika diantara kedua insan, ikhwan dan akhwat telah siap mental dan fisik untuk menjalankan sebuah biduk rumah tangga, untuk menjalankan sunnah Rasulullah saw. dan untuk menyempurnakan imannya. Yang tujuannya untuk menjaga dirinya dari hal-hal negatif. Jadi, ketika akan menjalankan ta’aruf harus sudah ada niat untuk menikah, bukan sebaliknya.

Lalu bagaimana pertemuannya? Yang pastinya harus dengan cara yang syar’i dan minimal harus ditemani oleh mahram, baik dari pihak keluarga wanita maupun keluarga dari pihak laki-laki. Atau bisa juga kita meminta pertolongan kepada ustad/ustadzah dalam masalah ini.

Lalu seberapa lama menjalankan ta’aruf? Dalam ta’aruf jika sudah tidak ada keraguan antara kedua belah pihak, dan dirasa informasinya sudah cukup (bisa sehari satu bulan atau dua bulan).

Atau bisa juga kita mencari informasi mengenai yang bersangkutan kepada orang-orang yang mengenalnya, melalui teman-temannya atau sahabat-sahabatnya. Mencari keterangan baik itu sifatnya, karakternya, biografi hidupnya atau hal lainnya yang dibutuhkan untuk diketahui demi kemaslahatan pernikahannya. Yang penting jangan mencari informasi kepada orang lain, tentang paras (ganteng atau cantik nya dia). Karena setiap individu kan memiliki pandangan yang berbeda-beda. ^_^

Tapi ta’aruf disini sudah mengalami pergeseran. Ada yang mengaku sedang melakukan proses ta’aruf, namun dijalaninya sampai bertahun-tahun ada yang 1 tahun, atau bahkan 5 tahun lamanya. Wah, Jangan menunggu terlalu lama karena dikhawatirkan akan terjerumus ke bentuk pacaran bukan ta’aruf lagi namanya.

Lalu bagaimana jika tidak ada kecocokan diantara keduanya? Nah, ketika tidak ada kecocokan selama proses ta’aruf, salah satu pihak dapat menyatakan ketidakcocokannya, dan menyebutkan alasan (mengapa tidak cocok) tentunya.

Dan yang paling mendasar perbedaan antara ta’aruf dan pacaran adalah tingkat kemaksiatan yang dibuat. Ta’aruf sangat terjaga dari hal-hal maksiat karena membatasi pertemuan, membatasi komunikasi dan membatasi untuk sering berinteraksi. Sementara pacaran justru memperbanyak interaksi dan komunikasi sehingga kesempatan untuk bermaksiat tentunya lebih banyak.

Dari semua itu, kita kembali lagi kepada individu masing-masing. Apakah masih ingin menjalani proses pacaran atau berpindah ke proses ta’aruf. Dengan ta’aruf akan lebih menjaga keduanya dari kemungkinan hal-hal buruk. Dan lebih di ridhai oleh Allah swt. ketimbang pacaran. Dan pacaran setelah pernikahan jauh lebih baik dan berbuah pahala daripada pacaran sebelum menikah. Ya kaan . ^_^


Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun