Berbeda dengan faktor lingkungan fisik tadi, faktor ekstrinsik yang berhubungan dengan guru umumnya itu sulit untuk dikontrol, khusunya oleh siswa. Setiap guru memiliki karakter, kebiasaan, atau cara tersendiri ketika mengajar. Yang menjadi masalah adalah ketika sang guru tidak mau menerima masukan apalagi kritik terhadap sikap, atau caranya mengajar yang tidak sesuai atau bahkan bertentangan dengan keadaan atau keinginan siswanya.
Bagaimana menyikapi kondisi seperti ini? Saya tegaskan, kalau memang kondisinya demikian, sebagai siswa cara yang bisa dilakukan adalah mengikuti kondisi guru itu, memahami dan mengikuti alurnya. Terdengar aneh memang! Siswa yang banyak, harus mengikuti guru yang seorang ^_^. Tapi demikianlah yang umumnya terjadi. Padahal idealnya seorang guru haruslah benar-benar memahami bagaimana kondisi anak didiknya. Dialah yang harus mengikuti dan menyeseuaikan dengan kondisi mereka, bukan sebaliknya. Tapi, tidak semua guru bisa memahami dan menerima ini.
Faktor terakhir yang sangat penting lainnya, yaitu faktor “Matematika” nya itu sendiri. Untuk bisa menguasai sesuatu, yang harus dilakukan adalah tahu dan mengenal sesuatu itu terlebih dahulu. Untuk bisa mempelajari matematika dengan baik, tentunya harus tahu terlebih dahulu, misalnya karakteristik matematika itu sendiri seperti apa?
Beberapa yang saya beri penekanan berkaitan dengan karakteristik matematika adalah, bahwa matematika adalah ilmu yang terstruktur. Dalam matematika, umumnya suatu konsep itu saling terkait antara konsep yang lainnya. Jadi, untuk bisa menguasai suatu konsep, haruslah konsep sebelumnya (konsep prasyarat) harus dikuasai dengan baik terlebih dahulu. Kalau tidak demikian, pastinya penguasaan konsep-konsep itu tidak akan berjalan dengan mulus.
Yang tak kalah pentingnya diketahui berkaitan dengan matematika adalah bahwa, Matematika itu bukan pelajaran hapalan! Banyak dari mereka yang menyatakan keluhannya bahwa mereka seringkali sulit menghafal rumus-rumus matematika. Itu lah kesalahan yang sepertinya banyak terjadi. Mereka sibuk menghafal rumus tanpa memahami atau mengetahui konsep-konsep dibalik rumus-rumus itu.
Dalam matematika, semua perumusan yang ada itu diturunkan dari konsep-konsep terkait. Konsep itu bisa berupa definisi, hukum, aturan, sifat-sifat, dan sebagainya. Mengetahui asal usul atau penurunan rumus itu jauh lebih penting dibandingkan dengan menghafal rumus itu sendiri.
Walaupun demikian, memang ada bagian tertentu dalam matematika yang jika dihafal itu lebih baik. Misalnya, untuk siswa selevel SMK, ketika dia hafal daftar perkalian hingga perkalian bilangan-bilangan besar dapat dihitung dengan mudah itu akan jauh lebih baik dibandingkan dengan mereka yang tidak hafal, atau bagi mereka yang hafal rumus kuadrat akan lebih baik dibanding mereka yang tidak hafal ketika mereka menyelesaikan sola mencari akar-akar persamaan kuadrat jika persamaannya tidak bisa difaktorkan misalnya. Jadi, masalah hafal atau tidak hafal ini mungkin nantinya hanya berkaitan dengan cepat atau tidaknya seseorang dalam mengerjakan persoalanrutin, sama sekali tidak berhubungan dengan tingkat pemahaman terhadap konsep matematika itu sendiri.
Berkenaan dengan faktor terakhir di atas, memang di sini peranan guru sangat besar. Bagaimana agar dia mampu mengkondisikan para siswanya untuk bisa memahami konsep dengan baik. Disamping itu, saya tegaskan pula bahwa skill matematika itu ternyata bisa dilatih. Yang dimaksud skill di sini adalah ketrampilan menyelesaikan berbagai persoalan matematika.
Ketrampilan matematika bisa dilatih dengan salah satunya dengan cara didrill mengerjakan berbagai persoalan matematika dengan konsisten sebanyak mungkin. Untuk proses drill ini, saya memberi catatan bahwa kuncinya tetap adalah penguasaan konsep yang baik terlebih dahulu. Proses drill akan efektif jika konsep dipahami terlebih dahulu. Misalnya, untuk bisa lancar mengerjakan soal-soal UN, latih saja dengan mengerjakan berbagai tipe soal yang biasa muncul di UN sebanyak mungkin. Bahkan begitupun dengan olimpiade.
Legaaa rasanya sudah menyampaikan ini di sesi pemanasan kelas kali ini. Mudah-mudahan mereka bisa mencerna apa yang saya jelaskan itu dengan baik. Saya mengajak mereka untuk mulai menyusun strategi belajarnya masing-masing. Strategi setiap orang pastinya tidak harus sama dengan yang lain. Yang paling tahu kondisi, kesiapan, dan segala sesuatu tentang diri sendiri adalah individunya masing-masing.
Sayang, ada satu yang terlewatkan. Saya tidak sempat membuat dokumentasi pertemuan kali ini. Maklum terlalu semangat melihat anak-anak yang sepertinya masih fresh di minggu pertamanya bersekolah walaupun di bulan puasa ini ^_^.