Mohon tunggu...
Anhar Putra Iswanto
Anhar Putra Iswanto Mohon Tunggu... -

Menikmati Kopi dan Buku di Tepi Kota Malang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketangkasan Mengelola Perubahan: Meraih Tujaun Untuk Masa Depan

4 April 2018   14:44 Diperbarui: 4 April 2018   14:59 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemerintah sibuk membuat kebijakan yang mengatur angkotan kota agar tidak menjadi sumber kemacetan. Belakangan muncul inovasi perusahaan uber yang bisa door to doorseperti Go-Jek, dan Grab yang bisa menjemput penumpang dimana saja mereka mau. Mereka tidak perlu datang ke terminal atau halte bis untuk menunggu. Sekarang mereka bisa menunggu di rumah sambil menonton TV atau bermain gadget.  

Apa yang terjadai? Modifikasi dan inovasi yang dilakukan pemerintah untuk meyakinkan penumpang agar mereka aman menaiki angkutan kota kalah cepat dan inovatif daripada kecepatan bisnis dan kecanggihan yang dilakukan uber. Mengikuti katanya Stephen Elop, mereka memang tidak melaukan kesalahan apa pun, tetapi sekarang angkotan kota telah bubar dan tidak bertahan.

Apa yang dilakukan oleh android dan perusahaan uber menunjukan bagaimana perubahan harus ditangkap sebagai peluang kesuksesan yang penting. 

Kita akhirnya mengerti bahwa berada pada posisi zona nyaman (the comfort zone) tidak meberikan kesempatan apa-apa untuk menjadi sukses. Suka atau tidak, kita mesti beradaptasi dengan berbagai bentuk perubahan yang ada, sehingga dengan mudah bisa berinteraksi dan memastikan bisnis dan pekerjaan yang kita lakukan tidak tenggelam oleh inovasi-inovasi perubahan yang dilakukan competitor.

Sekarang kita mengerti bahwa kesuksesanadalah ketangkasan mengelola perubahan. Bukan kerja keras banting tulang yang selama ini kita perlukan. Namun, untuk melakukan perubahan, kita perluinovasi yang cepat, tepat dan sehat agar tujuan perubahan yang kita inginkan tercapai. Saya sering menyebut ini dengan kerja cerdas, kerja tuntas, kerja ikhlas!

Memastikan Tujuan

Ada orang sukses, ada orang gagal. Mental kerdil akan berkata "itu takdir masing-masing orang". Mental besar dan gigih akan menggali mengapa yang lain bisa gagal dan yang lain bisa sukses. Orang yang optimis tidak memandang kesuksesan dan kegagalan sebagai takdis statis, tetapi berfikir bahwa Tuhan pasti menyediakan jalan lain yang belum ditemukan, dan ia fokus pada pencarian jalan itu.

Kita perlu memastikan tujuan sebelum memulai sesuatu. Sebab, pekerjaan yang dilakukan tanpa tujuan yang pasti, seperti perjalanan yang tidak memiliki arah. Orang akan terlihat terus berjalan, berkeringat, kelihatan sibuk, aktivitasnya ada, tetapi tujuannya tidak pasti. Akhirnya tidak memiliki hasil dan manfaat dari perjalanannya.

Dalam memastikan tujaun, ada dua mentalitas yang perlu diperhatikan. Pertama,mentalitas penumpang (passenger mentality).Mentalitas penumpang akan melahirkan sekelompok manusia yang sulit dibentuk untuk memimpin. Mereka ini biasa bekerja dalam kondisi yang nyaman (confort zone).Mereka enggan menemukan ide-ide dan gagasan baru yang produktif. Mereka bekerja asal sesuai jam masuk dan pulang. Terjebak dalam ritinitas harian dan tidak perduli dengan perubahan dan dinamika yang ada. Mereka ini justru suka berkumpul, guyub: yang penting ramai-ramai. Mental penumpang tidak lihai melihat tantangan dan peluang.

Kedua,mental pengemudi (driver's mentality).Kebalikan dari mental penumpang. Mental pengemudi memiliki daya kepemimpinan yang lihai. Sebab ia membawa penumpang, sehingga memastikan arah dan tujuannya jelas agar tidak tersesat. Mental pengemudi dapat membaca arah: kapan macet dan jalur-jalur alternatif yang bisa dilalui. Ia melahirkan inovasi-inovasi untuk sampai pada tujuan dengan baik.

Rhenald Kasali, 2017
Rhenald Kasali, 2017
Mari kita perhatikan analogi yang diberikan Joseph White (2006), sekelompok singa sedang mengejar kawanan banteng di padang rumput Afrika Utara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun