Siapapun mengakui dan mungkin seluruh dunia juga mengakui bahwa Opening Ceremony Asian Games ke  di Jakarta memang megah dan Spektakuler.  Butuh kerja keras yang luar biasa dan butuh profesionalitas yang tinggi agar dapat menghasilkan karya seperti itu. Salut buat mereka yang sudah berkarya.
Tapi sayangnya kemegahan dan spektakulernya acara pembukaan Asian Games dinodai oleh sebuah atraksi Action dari penguasa yang ada.  Saya tidak tahu apakah itu hanya "Ke-lebay-an" belaka dari seorang Jokowi ataukah Even Asian Games ini sudah dimanfaatkan demi kepentingan politik terkait rentang waktu yang dekat dengan Pilpres 2019. Entah sebagai sarana kampanye atau mungkin tim kampanyenya  mencoba meningkatkan personal branding dari sang Petahana.
Kalau yang ditampilkan itu dimana Jokowi memakai Moge datang ke stadion GBK itu dilihat secara artistic video memang diakui video itu bagus.  Melihatnya seperti melihat cuplikan adegan dari sebuah film action yang digarap professional.  Ada adegan moge bisa jumping, Moge bisa stoping secara atraktrif.  Sudut pengambilan movementnya terutama konvoi  motornya juga bagus sekali.  Saya tidak bisa membantah video itu bagus cara menggarapnya.
Tapi terkait video atraktif itu diputar dalam rangkaian acara resmi pembukaan Asian Games dan  yang mengendarai digambarkan sebagai  seorang Presiden yang bergerak dari Istana Negara  menuju Stadion GBK untuk meresmikan acara pembukaan  Pesta Olah Raga Benua Asia, lalu pertanyaannya adalah : Apakah harus seperti  Style Jokowi meresmikan Asian Games?  Apa tidak berlebihan alias Lebay?
Seperti yang pernah saya katakana pada artikel seminggu yang lalu bahwa Prabowo berpeluang mengalahkan Jokowi di Pilpres 2019 karena 3 hal. Pertama Relawan Prabowo saya prediksi akan lebih banyak jumlahnya dari Relawan Jokowi. Yang Kedua Tim Kampanye Prabowo lebih memiliki tokoh-tokoh yang berakar (memiliki massa) dibanding Tim Jokowi.
Dan yang Ketiga, saya prediksi Tim Kampanye Jokowi tidak punya strategi lain selain memoles-moles sosok Jokowi. Â Mereka terlalu tergantung pada Sosok Incumbent dan mereka tidak punya strategi lain untuk memenangkan Pilpres.
Lihat saja sewaktu Jokowi mendaftar ke KPU. Baju putih ada hiasan tulisan 3 Kata. Jujur, Bersih, Sederhana  atau apa saja saya kurang konsentrasi membacanya. 3 tulisan itu saya pikir cukup merusak pemandangan. Malah terkesan tidak rapih dan ditambal-tambal.
Intinya sejak mendaftar ke KPU untuk kontestasi Pilpres 2019, sudah terlihat jelas strategi Tim Jokowi hanya memblow-up sosok dari Jokowi saja. Menurut saya itu amat sangat tidak efektif. Sia-sia saja.
Jokowi itu sangat popular dan punya personal branded tersendiri.  Sosok Sederhana memang masih dan sudah melekat di sosok  Jokowi meskipun sering kita lihat Jokowi berusaha modis dengan busananya.  Sosok merakyat juga masih lekat dengan Jokowi. Blusukan dan kunjungannya ke penjuru negeri sudah membuktikan dirinya merakyat.
Yang seperti itu seharusnya tidak usah diblow-up lagi. Malah buruk jadinya karena semua orang sudah tahu tapi diberi tahu lagi. Efeknya malah masyarakat menjadi bosan menyimpulkan Jokowi sebagai sosok sederhana, merakyat dan lainnya. Malah mereka ingat Jokowi itu suka Modis. Sepatunya sekarang yang mahalan. Hobi motornya juga yang hampir ratusan juta harganya. Â Dimana sederhananya?
Jokowi merakyat juga akan mereka pertanyakan. Lihatlah bencana Lombok. Mengapa Jokowi tidak kunjung  menetapkan Gempa Lombok sebagai Bencana Nasional. Lihatlah semalam Lombok diguncang gempa susulan. Apa tidak miris rakyat menyaksikan apa yang terjadi di negara ini?
Merakyatnya Jokowi juga sudah mulai dipertanyakan untuk hal-hal yang lain. Ketika ada ribuan karyawan Freeport yang diPHK datang meminta keadilan ke istana negara, mereka tidak diperdulikan. Begitu juga dengan cara Jokowi memanjakan Megawati. Megawati dibuatkan oleh Jokowi sebuah lembaga dan digaji hingga ratusan juta per bulan. Â Dimana Empati Jokowi terhadap ekonomi lesu yang dihadapi mayoritas rakyatnya?
Kembali lagi ke slogan-slogan yang terlihat akan di-brand ke sosok Jokowi saya yakin itu tidak akan efektif.
Dan kembali lagi ke Show International Jokowi yang mengendarai Moge menuju GBK untuk meresmikan acara pembukaan Asian Games. Â Sekali lagi menurut saya itu amat sangat tidak perlu.
Kalau menjawab pertanyaan mengapa Jokowi harus memaki Moge secara atraktif dan meliuk-liuk untuk menuju GBK bahwa itu dikarenakan macet  yang terjadi di jalan ibukota, tentu itu jawaban yang hanya mengada-ada.
Kalau memang jalanan macet dan Jokowi  harus buru-buru, kok masih sempat menyapa anak-anak sekolah yang sedang menyebrang jalan?  Pake buka helm untuk membuat anak-anak kaget bahwa ternyata itu Jokowi.
Secara estetika Video Clip yang bagus itu sebenarnya tidak sinkron dengan esensi  Pesta Olahraga Asia Terbesar.  Panitya seharusnya meng-headline-kan Acara Pembukaannya. Tapi yang terjadi yang di-Headline-kan malah sosok Capres Pilpres 2019.  Ini sangat mengada-ada.
Saya baca kemarin di media-media social , semua orang meributkan Stuntman yang berperan dalam video itu. Ributnya mulai dari Stuntman nggak pake cincin Jokowi, Stuntman ternyata Impor dan ributnya netizen karena Video itu dibuat dengan biaya (katanya) sekitar 53 Milyar rupiah.
Hanya untuk memoles-moles sosok Jokowi agar terlihat trendy menjelang Pilpres 2019 , mereka harus merogoh kocek sampai Rp. 50 Milyar (entah duit tim kampanye atau duit pemerintah), sementara itu Gempa di Lombok kira-kira sudah berapa Milyar dana disalurkan ke sana?
Sekali lagi kita dipertontonkan dengan hal-hal yang luar biasa tidak penting sementara hal-hal yang sangat penting benar-benar diabaikan rezim yang berkuasa.
Done.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H